HOME _.:._ BLOG _.:._ BUSINESS _.:._ PHOTO _.:._ SEARCH

Friday, April 1, 2011

Memahami Sistem "Sodaqoh Berantai"


Ga sengaja waktu ke ATM nemu selebaran / brosur / fotokopian tentang bagaimana cara mendapat tambahan rejeki dengan ber-"sodaqoh".

Sampe di rumah saya baca semua..... hhhhmmmm.....sangat menggiurkan. Bagaimana hanya dengan mentransfer uang sekitar 150rb aja bisa mendatangkan ratusan juta di rekening kita. Dan yang ga kalah menggiurkan adalah ini mengatasnamakan sodaqoh, dari Ustad Mansur pula lagi....

Gimana ga menggiurkan coba. Selain dapet tambahan rejeki, dari Ustad yang memang mengajarkan "miracle of giving' lagi, selain itu dapet pahala pula ...

Setelah itu saya iseng2 browsing tentang hal itu, dan nemu satu artikel dari sekian banyak artikel yang keluar dari mbah google, yang isinya kurang lebih sama, yaitu sebagai berikut :

Memahami …
SELEBARAN SISTEM ‘SODAQOH BERANTAI ‘
Muhammad Rofiq *)

Beberapa waktu terakhir, muncul sebuah selebaran (brosur) dalam bentuk kertas fotocopy dan biasanya diletakkan pada mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) salah satu bank tertentu, meskipun menurut kabar yang ada, selebaran tersebut bukan milik bank tersebut. Fenomena ini sebenarnya pernah muncul pada tahun 1980-an, dengan nama ‘arisan berantai’, hanya saja nama dan kemasan yang mungkin berbeda. Isi selebaran tersebut menganjurkan kita untuk bersodaqoh (berinfaq) dalam bentuk uang dan ditransfer kepada empat rekening atas nama yang telah tertulis pada lembaran selebaran, dengan nominal Rp. 20.000,- untuk tiap rekening. Tentunya, empat nama tersebut adalah orang yang telah lebih dahulu melakukan transfer (sodaqoh) kepada orang sebelumnya.
Dalam selebaran juga dicantumkan sebuah gambar ustadz Yusuf Mansur beserta cover buku karyanya, The Miracle of Giving atau Keajaiban Sedekah. Sistem yang ditawarkan sangat menarik dan menggiurkan serta ‘menguntungkan’. Tidak menherankan jika dalam waktu yang singkat, selebaran ini banyak muncul di berbagai tempat dengan beragam nama dan nomor rekening pengikutnya. Perlu diketahui bahwa sistem dalam selebaran tersebut menganjurkan kita untuk bersodaqoh kepada orang yang tercantum di dalamnya. Jika seseorang mentransfer sejumlah uang, maka dia berhak menulis nama dan nomor rekeningnya, selebaran tersebut diperbanyak dan disebarkan kepada orang lain untuk kemudian orang lain melakukan hal yang sama. Semakin banyak yang ‘bersodaqoh’ maka semakin bertambah jumlah uang yang masuk ke rekening orang tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan untuk memahami dan kemudian mengambil sikap dalam fenomena selebaran ‘sodaqoh berantai’.
Pertama, siapa atau lembaga apa yang secara resmi mengeluarkan dan menjalankan sistem ini?. Ketika dicantumkan gambar ustadz Yusuf Mansur dan cover buku ‘The Miracle of Giving’ (Keajaiban Sedekah), maka akan terbayang bahwa orang yang memelopori sistem ini adalah ustadz Yusuf Mansur, meskipun tidak semua berpendapat sama. Namun melihat ramainya peminat selebaran ini, maka tidak disangsikan keyakinan orang akan hal tersebut. Faktanya, pada situs resmi yang dimiliki ustadz Yusuf Mansur, terdapat bantahan tentang keterlibatannya dengan selebaran yang ada dan hal itu merupakan penipuan. Perlu diketahui bahwa ustadz Yusuf Mansur memiliki sebuah produk sistem yang sangat berbeda dengan selebaran tersebut. Sistem ‘sodaqoh berantai’ sampai saat ini belum diketahui siapa pemrakarsa dan kapan dimulainya. Sistem ini berjalan seiring dengan minat dan kemauan orang-orang yang mengikutinya.
Kedua, sistem ‘sodaqoh berantai’ ini memiliki beberapa kelemahan internal, khususnya berkaitan dengan istilah ‘sodaqoh’ dalam ajaran Islam. Ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan dengan cermat, apakah sodaqoh yang dimaksud dalam selebaran tersebut sesuai dengan konsep sodaqoh dalam Islam.
Aspek niat sodaqoh dalam Islam adalah ikhlas, tanpa keinginan untuk memperoleh keuntungan duniawi (materi), dan hanya mengharap ridlo Allah SWT. Bagaimana dengan niat ‘sodaqoh berantai’? Bisa jadi orang yang ikut dalam sistem ini niatnya ikhlas, tetapi mungkin saja tidak, karena ketika mengikuti sistem ini, biasanya akan timbul keinginan untuk mendapat imbalan uang yang lebih besar dengan cara selalu melihat jumlah uang di dalam rekening. Lantas, dimana aspek ikhlas dalam bersodaqoh jika selalu berharap mendapat jumlah uang yang lebih besar??
Aspek lain sodaqoh adalah objek, bisa berbentuk pribadi dan institusi (lembaga). Ada dua objek pokok sodaqoh dalam ajaran Islam, yaitu fakir dan miskin. Keduanya adalah orang-orang yang hidup dengan penuh kekurangan khususnya pada sisi pangan. Yang berhak menerima sodaqoh adalah orang-orang yang masuk dalam kategori fakir dan miskin, jika tidak masuk kategori tersebut maka tidak berhak untuk diberi sodaqoh.
Apakah objek sodaqoh dalam sistem ‘sodaqoh berantai’ masuk kedalam kategori fakir dan miskin? Apakah orang yang memiliki rekening di bank dan mungkin dengan jumlah uang yang banyak dapat dikategorikan sebagai fakir dan miskin sehingga berhak menerima sodaqoh? Perlu diperhatikan kembali, bahwa banyak orang yang ikut dalam sistem ‘sodaqoh berantai’ adalah orang-orang yang tidak berada dalam kesulitan dalam kebutuhan pokok yaitu kebutuhan pangan.
Aspek penting lain dalam sodaqoh adalah azas manfaat dari apa yang disodaqohkan, artinya ada kebutuhan urgen yang harus dipenuhi. Sejauh mana kebutuhan orang yang diberi sodaqoh untuk dipertimbangkan. Dalam sistem ‘sodaqoh berantai’ meskipun tercantum beberapa testimoni, namun tidak diketahui secara pasti apa dan bagaimana kebutuhan orang tersebut, terlebih lagi, tidak diketahui siapa orang yang diberi sodaqoh. Sangat mungkin orang tersebut tidak layak untuk diberi sodaqoh.
Sekelumit penjelasan di atas, terlepas dari hak seseorang untuk ikut atau tidak dalam sistem ‘sodaqoh berantai’ tersebut, menjadi perhatian bagi kita umat Islam, sudah demikian lemahkah gairah bersodaqoh sehingga sodaqoh harus ‘dijanjikan’ dengan keuntungan materi. Adanya fenomena ini, pada satu sisi membuat kita berfikir ulang tentang konsep sodaqoh dalam Islam. Dan di sisi lain, mempertanyakan motivasi kita dalam bersodaqoh. Jika niat ikhlas, mengapa harus ada ‘iming-iming’ keuntungan materi yang diharapkan. Bukankah semua kebaikan harus kita ikhlaskan untuk mendapat ridlo Allah SWT?
Memahami fenomena ‘sodaqoh berantai’, juga menjadi tantangan bagi lembaga-lembaga zakat yang ada, apapun nama dan bentuknya, untuk selalu mengedepankan kreatifitas dalam mengumpulkan dan mengelola zakat, infaq dan sodaqoh, tentunya tidak dengan ‘iming-iming’ keuntungan materi. Menarik minat umat Islam untuk bersodaqoh adalah hal yang rumit, tetapi, mengelola sodaqoh yang terkumpul merupakan hal yang lebih sulit.
Wallahu A’lam Bishshowab.


Tulisan ini saya ambil dari :

http://www.facebook.com/notes/majelis-taklim-ariba/memahami-sistem-sodaqoh-berantai/126536617387000

Semoga bermanfaat.

No comments:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.