HOME _.:._ BLOG _.:._ BUSINESS _.:._ PHOTO _.:._ SEARCH

Thursday, January 29, 2009

Dunia Fashion dari Limbah Pertanian

Isu lingkungan serta meningkatnya demand produk-produk “hijau” yang ramah lingkungan membangkitkan kembali minat ilmuwan untuk mengembangkan produk kain dari limbah pertanian. Bahan kain dari jerami padi sampai bulu ayam kembali digiatkan untuk menghasilkan kain baru yang tahan lama.


Jadi, di masa depan kita akan melihat industri garmen atau rumah mode menghasilkan produk pakaian yang terbuat dari bulu ayam atau celana jins dari jerami. Produk tekstil ini selain nyaman, aman dan pas dikenakan, juga menyandang predikat “ramah lingkungan”.


Para peneliti Australia melaporkan bahwa mereka menemukan cara baru yang bakal memuluskan lahirnya bahan kain baru eksotis yang terbuat dari limbah pertanian dan produk samping pertanian. Produk kain ramah lingkungan ini bakal dipasarkan sebagai alternatif tekstil dan produk tekstil (TPT) dari kain sintetis – yang diproduksi dunia sekitar 38 juta ton tiap tahunnya.


Mereka mengkaji penelitian pada pengembangan generasi baru serat ramah lingkungan, yang hasilnya adalah bahan kain dengan kenyamanan konvensional. Dalam artikel yang ditulis di jurnal Biomacromolecules, Andrew Pool, Jeffrey Church dan Mickey Huson mencatat bahwa para ilmuwan pertama kali menghasilkan kain dari bahan nontradisional – antara lain protein susu, kacang dan jagung – hampir 50 tahun silam.


Meskipun bahan yang disebut kain “regenerasi” itu memiliki tampilan dan rasa yang sama dengan kain yang dihasilkan dari bahan baku berbasis protein lainnya, seperti wool dan sutera, namun kualitas kain tersebut cenderung merosot ketika basah. Masalah ini, plus munculnya serat sintetis yang berbahan baku berbasis minyak mentah, mengakibatkan produksi kain nontradisional tersebut terhenti.


Namun, ditengah kekhawatiran dunia terhadap masalah lingkungan dan meningkatnya permintaan terhadap produk-produk ramah lingkungan, upaya membuat bahan kain dari limbah pertanian kini bangkit kembali. Para peneliti mengatakan, bahan baku yang potensial untuk membuat kain “hijau” tersebut juga melimpah, antara lain protein pertanian seperti keratin dari limbah bulu ayam dan gluten dari gandum.


Para ilmuwan mengaku, dengan kemajuan pesat dalam bidang teknologi nano dan kimia, maka mereka bisa memperbaiki kekuatan dan keteruraian bahan kain tersebut. Dengan demikian, tambah mereka, kini makin mulus jalan untuk memproduksi secara komersial pakaian dan produk berbahan kain lainnya yang ramah lingkungan.


Lebih unggul

Sebelumnya, ilmuwan University of Nebraska (UN) juga menyatakan, bahan kain dari bulu ayam akan menyerupai wool, sementara dari jerami padi akan terlihat bahkan lebih nyaman dari linen atau katun. Hanya saja, pengembangannya butuh waktu beberapa tahun sampai bisa dipasarkan secara komersial.

“Kami harap dari laporan yang kami paparkan akan meningkatkan minat (masyarakat) menggunakan produk samping pertanian sebagai serat tekstil. Ini sekaligus menjadi nilai tambah bagi limbah serta sumber bahan baku berkesinambungan bagi industri serat kain,” papar guru besar ilmu tekstil UN, Prof. Yiqi Yang, Ph.D.


Dengan jutaan ton limbah bulu ayam dan jerami padi tersedia tiap tahunnya di seluruh dunia, ini jelas bahan baku yang melimpah dan murah meriah dibandingkan serta sintetis berbahan baku minyak. Selain itu, kata Yang, tidak seperti serat sintetis, serat pertanian (agro-fibers) ini mudah luruh di lingkungan (biodegradable).


Jerami padi memang melimpah. Sama dengan linen dan katun, komposisi jerami padi mayoritas berisi selulosa. Dengan menggunakan kombinasi kimia dan enzim, Yang mengembangkan serat dari jerami. Tampilan serat ini mengindikasikan serat tersebut mampu dipintal menjadi kain dengan menggunakan mesin tekstil biasa. Hasilnya, kata Yang, adalah kain dengan tampilan yang sama dengan linen dan katun.


Sedangkan bulu ayam mayoritas mengandung keratin, bentuk protein yang sama yang ditemukan di wool. Para peneliti menilai struktur bulu ayam sangat ringan dan mudah dibentuk. Kondisi ini memberi peluang pengembangan kain yang lebih ringan, daya serap lebih baik dan bahan dengan kekedapan super – kondisi yang lebih baik dari wool.


Menurut Yang, kain dari bulu ayam maupun jerami padi punya potensi kinerja yang lebih baik, termasuk daya tahannya terhadap pencucian maupun pensetrikaan normal. Bulu ayam dan jerami padi selama ini juga sudah menjadi bahan “hijau” yang dipakai pada produk karpet, otomotif, bahan bangunan dan beragam aplikasi perumahan. Semuanya jauh lebih murah dengan sifat-sifat yang kadang lebih unggul dibandingkan serat sintetis.

Trik Agar Tanaman Hias Tetap Segar

Musim penghujan memang perlu diwaspadai oleh penggemar tanaman hias indoor maupun outdoor. Sebab musim hujan bisa membikin tanaman bisa cepat mati. Hal ini disebabkan kondisi lembab yang ditimbulkan musim hujan tersebut.


Yang pasti, akibat tingginya curah hujan, kelembaban mikro di sekitar tanaman makin meninggi. Buntutnya, tanaman rentan ditumbuhi jamur dan bakteri.


Namun hal itu tak boleh menyurutkan minat atau hobi memelihara tanaman hias. Apalagi saat ini ada sejumlah trik tentang bagaimana cara merawat tanaman hias selama musim penghujan.


Salah satu trik itu adalah dengan rajin memangkasi daun tanaman hias. Pemangkasan ini berfungsi untuk mengurangi kelembaban mikro di dalam tanaman. Adapun daun yang wajib dipangkas adalah yang jadi penyebab kelembaban berlebih di sekitar batang tanaman.


Untuk kebanyakan jenis tabulampot yang berdaun lebat wajib mengalami proses pemangkasan. Daun yang dipangkas adalah daun muda atau susu yang tumbuh mengarah ke dalam batang tanaman. Karena daun ini jadi penyebab kelembaban tinggi pada tanaman, tunas ini sebaiknya dipotong saja.

Penggemar tanaman hias juga perlu mengoptimalkan penggunaan dolomit mengingat fungsi dolomit adalah menstabilkan pH tanah sehingga akar tanaman tetap mudah menyerap hara.


Berdasarkan sejumlah literatur, pemberian dolomit ini cukup mudah. Untuk tanaman yang berada di dalam pot berdiameter 40 s/d 50 cm, pemberian dolomit cukup 5 sendok makan dengan cara ditebar di sekitar permukaan tanah. Paling cocok ditebar saat awal-awal musim hujan.


Penggunaan dolomit juga dilakukan oleh Sukardi terhadap tanaman hiasnya yang tengah dibudidayakan. “Dengan dolomit, daun tanaman terhindar dari pembusukan,” ucapnya.


Trik lainnya adalah dengan memberikan pupuk NPK. Pupuk ini cukup mudah pemakaiannya. Pupuk ini dapat digunakan dengan cara dipendam di dalam media tanam sejauh 15 cm dari batang tanaman. Saat terkena air hujan, pupuk ini akan larut dengan sendirinya di dalam tanah.


Menurut Sukardi, pupuk ini juga bisa diberikan pada saat musim kemarau, namun pupuk ini harus dilarutkan dalam air dulu, lalu disiramkan di sekitar akar.

Wednesday, January 28, 2009

Kelelawar Vampir Mengobati Stroke

Desmodus rotundus alias kelelawar vampir adalah satu-satunya mamalia penghisap darah. Satwa ini punya citra seram dan menakutkan. Apalagi jika Anda doyan nonton film. Maklum, vampir ini menjelma menjadi makhluk manusia penghisap darah alias Drakula.


Namun, jika di kisah-kisah fiksi vampir tak pernah memainkan peran sebagai penyelamat, tidak demikian buat kalangan ahli medis dan ilmu kedokteran. Buat para pakar penyakit stroke, mereka tengah berharap tersiptanya pengencer darah yang fungsi kimiawinya sama dengan air liur (saliva) kelelawar vampir. Pengencer darah ini diharapkan bisa membantu menyelamatkan sel-sel otak di pasien penyakit stroke.


Saat ini, University of Wisconsin (UW) School of Medicine and Public Health tengah membuka pendaftaran pasien untuk melakukan uji klinis baru skala besar penggunaan desmoteplase. Inilah obat yang didasari oleh sebuah enzim pada air ludah kelelawar vampir. Selain Wisconsin, sejumlah pusat penelitian di dunia lainnya juga tengah melakukan hal yang sama.


Enzim yang dihasilkan air liur kelelawar vampir mampu mengencerkan darah korban dan mencegahnya membeku ketika sang kelelawar tengah menyedot darahnya. Enzim itu dinamakan sesuai dengan nama ilmiah sang kelelawar, Desmodus rotundus.


Pada percobaan awal, obat pengencer darah itu memperlihatkan hasil yang menggembirakan dan membuka peluang diperpanjangnya waktu untuk pengobatan pasien stroke sembilan jam setelah mengalami serangan. Obat standar pasien stroke saat ini, yakni alteplase, hanya mampu secara efektif menangani pasien stroke 4,5 jam (setelah serangan) dan beresiko serius terjadinya perdarahan pada sejumlah kecil pasien.


Desmoteplase sendiri kemungkinan lebih aman, dan ketika penggunaannya dikombinasi dengan teknik pemindai otak canggih, obat ini menjadi efektif beberapa jam kemudian dibandingkan obat konvensional pengencer gumpalan darah.


Hanya saja, setelah hasil tes awal yang menjanjikan, desmoteplase malah memperlihatkan hasil mengecewakan pada uji coba tahap kedua, di mana kondisi seluruh kelompok pasien stroke yang mengkonsumsinya sama saja dengan pasien yang menerima perlakuan obat plasebo. Namun, pakar neurologi stroke University of Wisconsin, Dr. Matt Jensen mengaku dibutuhkan pembacaan data hasil penelitian yang lebih teliti dan mendalam. Alasannya, kemungkinan besar ada banyak pasien yang kondisinya lebih baik dan cocok untuk menggunakan desmoteplase.


“Kami rasa ada satu kelompok pasien yang mungkin memperoleh manfaat dari obat ini. Dengan teknologi pencitraan yang lebih maju, kami berharap mampu mengidentifikasi orang-orang yang paling responsif terhadap obat tersebut,” katanya.


Tanda-tanda Stroke

Dalam kasus stroke ischemic (stroke paling umum, dimana terjadi penurunan pasok darah ke otak), gumpalan darah (clot) menghalangi arteri ke bagian otak. Setelah beberapa jam tanpa pasok darah yang mengandung oksigen, sel-sel di otak mulai mati. Namun, kata Dr. Jensen, banyak pasien yang memiliki sirkulasi darah lebih baik ke otak, sehingga menjadikannya memperoleh cukup pasok darah untuk menghindari sumbatan yang ada melalui jalur arteri lainnya.


Kondisi ini sangat menguntungkan karena sel-sel otak masih mampu bertahan hidup lebih lama sampai gumpalan darah yang menyumbat dibebaskan dan aliran darah normal bisa dipulihkan. Para dokter di Rumah Sakit UW akan menggunakan teknik pencitraan terbaru dengan menggunakan MRI (magnetic resonance imaging) dan pemindai CT (computed tomography) untuk mencari pasien stroke sebagai kandidat terbaik menjalani pengobatan lebih lanjut.


Menurut Dr. Jensen, para dokter di UW Health Comprehensive Stroke Program banyak menerima pertanyaan dari para dokter di Wisconsin yang menangani pasien stroke, tapi datang terlambat untuk memperoleh pengobatan standar.


“Sebagai bagian dari percobaan ini, kami mampu mengobati pasien tertentu sampai 9 jam setelah gejala stroke pertama muncul. Dengan menggunakan alat transportasi darat dan helikopter, kami bisa menangani pasien lebih cepat dan menawarkan peluang yang lebih baik untuk melakukan pengobatan investigasional,” paparnya.


Melalui percobaan bertajuk DIASIII (Desmoteplase In Acute Ischemic Stroke), UW membuka pendaftaran untuk menjaring 320 pasien stroke mulai Desember 2008 sampai Desember 2010. Jensen menegaskan, sangat sulit bagi pasien untuk mengetahui bahwa mereka terserang stroke dan banyak orang yang kehilangan peluang mendapat pengobatan karena menunda evaluasi kesehatan pada unit gawat darurat (UGD) terdekat.


Menurut situs UW, stroke memiliki tanda-tanda peringatan yang harus ditangani segera. Tanda-tanda itu antara lain: lemah atau hilangnya rasa secara mendadak pada bagian wajah, tangan atau kaki, terutama di salah satu sisi bagian tubuh; mendadak linglung dan sulit berbicara atau memahami; mendadak kesulitan melihat pada salah satu mata atau kedua-duanya; mendadak sulit berjalan, limbung dan hilang keseimbangan atau koordinasi; serta mengalami sakit kepala luar biasa secara mendadak.

Nilai Tambah dari Fly Ash (Ampas Batu Bara)

Ampas batu bara atau yang lebih dikenal sebagai fly ash ternyata sangat bermanfaat. Bahan yang dihargai sangat murah, Rp 150 per kilogram ini dapat menambah kekuatan beton. Inovasi ini dilakukan oleh tiga mahasiswa Institut Teknologi Surabaya (ITS) yakni, Tegar Juang Pambudi, Vicho Pebiandi, dan Rahmat Jatmikanto. Mahasiswa jurusan teknik sipil ini mencoba menambahkan fly ash ke dalam campuran beton untuk menghasilkan beton mutu tinggi.


“Dulu dosen saya pernah memberi tahu bahan-bahan yang dicampur pada semen agar lebih kuat dan hemat,” ujar Tegar. Dari bahan-bahan yang diberitahu dosennya dan melihat beberapa aturan terkait pembetonan, mereka menjatuhkan pilihan ke fly ash.


Alasannya bahan tersebut mudah didapat dan harganya murah. Jawa Timur sendiri punya PLTU Paiton dimana fly ash tersedia dengan melimpah. Harga 1 kilogramnya hanya 150 rupiah. “Bahkan kalau membeli dalam jumlah banyak harga bisa jauh lebih murah,” ujar mahasiswa asal Trenggalek ini.


Selain itu fly ash juga memiliki keunggulan lain seperti bisa mencegah crack atau keretakan pada beton. Fly ash juga dapat menjadi bahan yang dapat mereduksi air sehinggga dapat menambah tegangan kekuatan. Namun, pencampuran ini tidak bisa dikerjakan secara sembarang. Sebab, jika penambahan fly ash terlalu banyak, mutu beton justru turun.


”Pengikatan semennya berkurang, sehingga kualitas beton malah turun,” terangnya.

Mereka mencari takaran yang pas untuk penambahan fly ash ke dalam racikan beton. Jadi, disini kita hanya bermain takaran campuran, lalu dicari yang terbaik melalui perhitungan,” tutur mahasiswa angkatan 2006.


Untuk membuat beton biasa maka diperlukan campuran dari batu pecah atau agregat, pasir, semen, dan air. Mereka membuat resep beton baru dengan menambahkan fly ash dan superplastiziser (SP).

Banyaknya fly ash yang dicampurkan adalah 10% dari semen. Dari campuran tersebut, ia membuat 5 beton cor untuk di uji kekuatannya. “Target kami beton ini bisa mencapai 70 Mpa,” tutur mahasiswa berindeks prestasi kumulatif 3,79 ini.


Dua beton dites pada umur tiga hari. Hasilnya lumayan baik yaitu 49 Mpa. Karena beton itu diujikan pada umur 3,7,21 sampai 28 hari. Semakin lama umurnya maka kekuatan beton itu semakin bertambah. Sehingga 49 Mpa pada hari ketiga bila dikonversikan ketika hari ke-28 maka hasil uji bisa mencapai sekitar 70 Mpa.


Selain dari kekuatannya, efisiensi biaya inovasi ini juga patut di acungi jempol. Menurut perhitungan mereka, biaya yang dibutuhkan per meter kubik sekitar Rp 800 ribu.


“Ya, kalau bangun gedung tingkat 10 baru kita tahu jelas bahwa dengan campuran ini sangat hemat,” ujarnya.


Beton inovasi baru ini telah melalui pengujian beton. Beton ampas batu bara ini juga meraih Juara I Indocement Concrete Competition Award 2008 di Jakarta, November lalu. Jurinya berasal dari kalangan akademisi, praktisi, dan pengamat.


“Kami sempat diberondong banyak pertanyaan, tapi untungnya kami sudah diuji oleh dosen-dosen kami, sehingga sudah siap dengan semua jenis pertanyaan,” imbuhnya. Berkat beton ampas batu bara ini pula, mereka berhasil membawa pulang uang tunai Rp 15 juta.

Tak Pernah Ada Larangan Penggunaan Kayu Alam

Kasus dugaan pembalakan liar yang dituduhkan kepada sejumlah perusahaan Hutan Tanaman Industri di Riau memang sudah selesai. Kepolisian secara resmi sudah menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) Desember 2008 lalu setelah proses penyidikan berlarut-larut yang memakan waktu dua tahun.


Namun kisah dibalik itu belum usai. Ya terkait dengan kasus tersebut, Menteri Kehutanan MS Kaban melonggarkan kebijakan pelarangan penggunaan kayu dari hutan alam bagi industri pulp dan kertas. Menhut menyatakan akibat adanya kasus dugaan pembalakan liar, pembangunan hutan tanaman terganggu. “Tanaman dengan daur panen enam-tujuh tahun, bahkan terpaksa harus dipanen lebih awal. Akibatnya, kurva kelas umur stok tegakan yang dimiliki HTI tidak teratur,” jelas Kaban.


Selain itu, banyak perusahaan hutan tanaman lainnya yang khawatir dikenakan tuduhan serupa dan membuat realisasi tanaman dan pembangunan HTI terganggu.


“Penanaman HTI terganggu dua tahun terakhir dan butuh setidaknya dua tahun untuk mengambalikan kurva stok tegakan kembali normal. Jadi saya kira tidak apa-apa kalau industri pulp mempergunakan kayu hutan alam sampai 2014,” katanya.


Pernyataan Menhut Kaban mendapat tentangan keras dari kalangan LSM. Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia (FWI) Wirendro Sumargo menyatakan, kebijakan ini akan semakin memperburuk kondisi hutan. Oleh karena itu pemerintah harus mencabut kebijakan tersebut dan menetapkan kebijakan penghentian bahan baku kayu dari hutan alam untuk industri pulp serta merasionalisasi kapasitas industri pulp sesuai dengan kemampuan HTI-nya. “Selama ini pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan sektoral yang semata-mata berorientasi pada peningkatan pendapatan, eksploitatif dan tidak berkelanjutan,” katanya.


Menurut Wirendro, untuk kekurangan bahan baku bagi industri pulp dan kertas bisa dipenuhi dari pembelian kayu hutan tanaman dalam negeri atau impor, sampai panen HTI-pulp-nya mencukupi.

Sebaliknya Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menilai kebijakan Menhut Kaban adalah tepat. Pasalnya, kata Direktur Eksekutif APHI Nanang Roffandi Ahmad, butuh waktu yang lebih leluasa untuk menanami seluruh kawasan hutan tanaman setelah penanamannya sempat terganggu dua tahun terakhir. “Kebijakan Menhut adalah solusi jangka pendek yang bisa diambil untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp,” katanya.


Nanang juga meminta publik tidak keliru soal terminologi kayu dari hutan alam. Menurut Nanang, yang dimaksud dengan kayu dari hutan alam adalah kayu yang berasal dari penyiapan areal (landclearing) kawasan hutan produksi yang memang sudah dibebani izin pengelolaan hutan tanaman. “Itu adalah kayu yang masih bisa dimanfaatkan sebagai bridging material produksi pulp yang berasal dari penyiapan areal HTI. Jadi bukan kayu dari hutan produksi yang dikelola dalam bentuk HPH atau bahkan dari kawasan hutan yang tanpa izin,” katanya.


Nanang menjelaskan, munculnya dugaan kasus pembalakan liar dua tahun terakhir memang membuat perusahaan HTI banyak melakukan panen dini terhadap tegakannya. Itu dilakukan setelah stok bahan baku yang dimiliki di pabrik tandas. Akibatnya, kurva tegakan hutan tanaman tidak normal. Banyak kelompok tanaman yang berusia muda sementara kelompok tanaman yang berusia panen minim.

Dia melanjutkan, untuk melakukan pembenahan dan menormalkan kurva tegakan hutan butuh upaya yang besar. Sebab, penanaman perlu dilakukan di areal yang lebih luas dan butuh jangka waktu sebelum tanaman mulai masuk masa panen. “Effort yang dikeluarkan mesti lebih besar karena areal yang ditanam lebih besar karena diluar rencana kerja tahunan yang sudah ada harus juga menanami areal yang dipanen dini,” katanya.


Upaya yang lebih keras untuk menormalkan kurva stok tegakan yang dilakukan oleh perusahaan HTI dilihat Nanang akan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Semakin luas areal penanaman hutan tanaman, semakin banyak pula tenaga kerja yang akan terserap. “Di tengah kondisi krisis finansial global saat ini, adanya penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar tentu saja hal yang positif,” katanya.


Percepatan

Bagi yang menelusuri dengan cermat, apa yang dinyatakan oleh Menhut Kaban sebenarnya bukan hal baru. Sebab, ketentuan yang melarang penggunaan kayu dari hutan alam untuk industri pulp dan kertas sejatinya tak pernah ada.


Di era Menteri Kehutanan dijabat oleh M. Prakosa, memang pernah diterbitkan SK Menhut No. 162/2003 tentang Percepatan Pembangunan Hutan Tanaman untuk Pemenuhan bahan baku Industri Pulp dan Kertas. Aturan ini yang kemudian mencuat sebagai larangan penggunaan kayu dari hutan alam untuk industri pulp dan kertas.


Ketentuan itu sendiri kemudian dicabut oleh Menhut Prakosa seiring dengan diterbitkannya SK Menhut No.101/2004 tentang Percepatan Pembangunan Hutan Tanaman untuk Pemenuhan Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas. Seperti aturan sebelumnya, SK Menhut No.101/2004 juga tak menyebutkan soal pelarangan penggunaan kayu dari hutan alam untuk industri pulp.


Ketentuan soal percepatan pembangunan hutan tanaman didorong oleh lambannya penanaman areal HTI. Lewat ketentuan tersebut, perusahaan HTI yang terintegrasi dengan industri pulp dipaksa untuk menanam seluruh arealnya sebelum tahun 2009. Nah, dalam proses penanaman kayu hasil penyiapan areal boleh dipergunakan untuk industri pulp. Jadi logikanya, kalau seluruh areal HTI yang terintegrasi dengan industri pulp sudah tertanami pada tahun 2009, tak ada lagi kayu hutan dari penyiapan areal yang bisa dimanfaatkan oleh industri pulp.


Di sisi lain, terbitnya ketentuan tentang percepatan pembangunan hutan tanaman juga dimaksudkan untuk melindungi kawasan hutan bernilai konservasi tinggi yang mungkin ada di areal yang sudah dibebani izin HTI. Itu sebabnya diatur agar perusahaan HTI melakukan deliniasi makro dan mikro untuk menyelamatkan kawasan lindung yang ada.


Ketentuan soal percepatan pembangunan hutan kemudian diperluas dan tak lagi spesifik mengatur industri pulp dan kertas tapi juga industri primer kehutanan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No. P.23/Menhut-II/2005 jo Permenhut No. P.44/Menhut-II/2005 tentang Percepatan Pembangunan Hutan Tanaman Untuk Pemenuhan Bahan Baku Industri Hasil Hutan Primer.


Aturan itu pun sudah resmi dicabut dan kini digantikan oleh Permenhut No.P.3/Menhut-II/2008 tentang Deliniasi Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan Tanaman yang ditandatangani Menhut Kaban 6 Februari 2008.

Dibalik Senyum Petugas Pom Bensin

Dari milis FOREST_GAM@yahoogroups.com oleh Irwan Ariston Napitupulu

di Copy & di paste ya?

Dibalik Senyum Petugas Pom Bensin

Ketika mengisi bensin, saya sering kali ngobrol dengan petugas pom bensinnya.
Hal yang beberapa bulan ini saya tanyakan ke mereka di berbagai tempat pom bensin adalah apakah mereka tidak pusing mencium bau bensin setiap hari dan kenapa mereka tidak memakai masker penutup hidung agar mengurangi uap bensin yang terhirup.

Hal tersebut saya tanyakan, karena saya saja yang berdiri sebentar
sambil ngobrol, sudah langsung pusing karena menghirup bau bensin
tersebut.

Mereka, kurang lebih sepuluh orang, yang saya tanyakan semuanya
menjawab bahwa sebenarnya mereka juga pusing.
Mereka merasakan dada yang sesak.
Dan makin parah lagi kalau pas mereka sedang sakit, katakan saja flu, perasaan sakit di dada semakin menjadi.

Ketika saya tanyakan kenapa mereka tidak memakai masker, jawaban
mereka semuanya sama yaitu karena kebijakan perusahaan.
Perusahaan melarang mereka memakai masker karena demi pelayanan ke pelanggan.
Mereka diwajibkan untuk tetap tersenyum ketika melayani pelanggan.
Mereka bilang, kalau mereka pakai masker, mereka tidak bisa lagi
menunjukkan senyum mereka ke nasabah dan itu akan dianggap tidak sopan karena tidak menghargai pelanggan.

Hazrah kazrah!

Saya terkaget mendengar jawaban mereka.
Jawaban mereka semuanya seragam.
Jawaban mereka pun semakin diperkuat dengan iklan Pertamina
di televisi yang mengutamakan senyum petugasnya ketika melayani pelanggan.

Ironisnya, dibalik senyum yang mereka berikan, ada derita yang harus
mereka tanggung dengan mencium uap bensin setiap hari yang dapat
memberikan gangguan yang serius kepada kesehatan mereka, khususnya paru-paru dan otak mereka.

Saya sebagai pelanggan lebih senang melihat mereka memakai masker
penutup hidung, ketimbang mereka melayani dengan senyum tapi saya tahu dibalik senyumnya, mereka menanggung derita yang tidak ringan.

Melalui tulisan ini, saya mengajak kita yang peduli terhadap nasib
para pekerja pom bensin untuk menyerukan kepedulian kesehatan petugas pom bensin agar pertamina dan pemilik pom bensin melengkapi petugas pom bensin dengan masker penutup hidung.

Saya sebagai pelanggan pom bensin lebih peduli kesehatan petugas pom
bensin ketimbang senyuman mereka ketika mereka mengisikan bensin ke kendaraan saya.
Saya sudah mulai merasa tidak nyaman karena tahu dibalik senyuman petugas pom bensin ada derita yang harus mereka tanggung akibat menghirup uap bensin.

Semoga melalui tulisan ini, nasib kesehatan petugas pom bensin bisa
diperbaiki dimulai dengan memakai masker penutup hidung.

catatan:
Sekedar tambahan catatan, untuk pom bensin yang buka 24 jam,
diterapkan tiga shift kerja.
Kurang lebih mereka bekerja seharinya sekitar 8-9 jam.
Jumlah jam yang cukup lama untuk menghirup uap bensin terus menerus.

Silahkan di forward tulisan ini, khususnya ke mereka yang anda pikir
dapat mempengaruhi untuk merubah kebijakan agar para petugas pom
bensin dibolehkan memakai masker penutup hidung.

Riset Kehutanan Butuh Rp1 Triliun

Departemen Kehutanan hanya mampu mengalokasikan dana sebesar Rp200 miliar setiap tahunnya untuk mendukung riset teknologi kehutanan dari kebutuhan minimal Rp1 triliun.


Meski demikian, Menteri Kehutanan MS Kaban menyatakan keterbatasan dana tersebut tidak menjadi halangan bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Dephut untuk menghasilkan produk-produk riset yang bermutu dan memenuhi standar internasional. “Keterbatasan dana tidak menjadi alasan untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas,” katanya saat penyerahan sertifikat ISO 9001:2000 untuk Manajemen Mutu Organisasi dan IEC 17025:2005 untuk Manajemen Mutu Laboratorium Pengujian kepada Balitbang Dephut di Jakarta, pekan lalu.


Sementara itu, Wahjudi Wardojo, ketika masih menjabat sebagai Kepala Balitbang Dephut menuterkan sudah cukup banyak hasil penelitian yang dihasilkan Balitbang Dephut yang diminati untuk digunakan pada skala ekonomis. Dia menyebut, diantaranya adalah hasil pemurnian genetik untuk pohon Acacia mangium yang memiliki pertumbuhan cepat dan banyak ditanam untuk pembangunan hutan tanaman. “Kami sudah berhasil mendapatkan keturunan kedua (Filial 2) untuk Acacia mangium bahkan mendekati keturunan ketiga. Itu adalah contoh kalau penelitian yang kami hasilkan berkualitas,” katanya. Wahjudi kini baru saja dilantik menjadi Staf Khusus Menteri bidang.


Dia melanjutkan, diperolehnya sertifikat manajemen mutu dari lembaga internasional semakin membuktikan kualitas Balitbang Dephut. “Memang masih ada yang meragukan kami, namun dengan adanya sertifikat manajemen mutu semakin menegaskan kalau penelitian yang kami hasilkan bukan ecek-ecek,” katanya.


Penyerahan sertifikat ISO (International Organization for Standardization) diberikan oleh Sucofindo International Certification Services, TUV Rheinland, dan Komite Akreditasi Nasional (KAN) kepada Menteri Kehutanan, dan disaksikan oleh para pejabat Eselon I lingkup Departemen Kehutanan, Lembaga Penelitian dan LSM/NGO.


Standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang ditetapkan oleh International Organization for Standardization (ISO) adalah standar yang diakui secara internasional, mencakup seluruh aspek manajemen. Manfaat yang diperoleh dari ppenerapan sistem ini antara lain adalah terciptanya pelayanan prima, efisiensi, kepastian mutu pelayanan, dan transparansi, yang kesemuanya merupakan pilar dari pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance. Sistem ini dilaksanakan dengan tetap memberi ruang perbaikan berkesinambungan (continual improvement). Dengan demikian, tujuan pelaksanaan fungsi pemerintahan dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan atau masyarakat terhadap produk dan pelayanan yang baik akan selalu dapat diwujudkan.


Empat organisasi

Dalam tahap awal, sebanyak empat unit organisasi setingkat Eselon II di lingkup Badan Litbang akan menerima sertifikat ISO, yaitu : Sertifikat Sistem Manajemen Mutu Organisasi ISO 9001:2000 dari PT.TUV Rheinland diberikan kepada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, Sertifikat Sistem Manajemen Mutu Organisasi ISO 9001:2000 dari PT. Sucofindo diberikan kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman dan sertifikat yang sama diberikan kepada Sekretariat Badan Litbang Kehutanan serta Sertifikat Manajemen Mutu Laboratorium Pengujian ISO/IEC 17025:2005 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) diberikan kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.


Khusus untuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, mengingat unit kerja ini lebih banyak berkiprah dalam penanganan laboratorium pengujian hasil hutan, maka prioritas pertama difokuskan pada ISO/IEC (the International Electrotechnical Commission) 17025:2005 Sistem Manajemen Mutu Laboraorium, meskipun didalamnya juga mencakup sebagian substansi ISO 9001:2000. Untuk selanjutnya, Puslitbang Hasil Hutan akan mengajukan aplikasi Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP). Dengan diperolehnya ISO/IEC 17025:2005, maka Puslitbang Hasil Hutan akan lebih dipercaya stakeholders dalam memberikan pelayanan pengujian sample produk hasil hutan untuk tujuan ekspor.


Menhut Kaban mengingatkan, pelaksanaan ISO ini memerlukan komitmen dari pihak Balitbang untuk terus menjalankan proses sesuai aturan, sekaligus mengikuti perubahan global. “Saya yakin dengan perolehan ini ada peningkatan kualitas kerja terkait dengan ‘good governance’. Jadi ada penilaian yang sudah terstandarisasi terhadap budaya kerja kita dalam pelayanan publik,” ujar dia.


Sementara itu, Kepala Badan Standarisasi Nasional (BSN), Bambang Setiadi mengatakan, bagi suatu Departemen penerimaan ISO ini adalah sesuatu yang membanggakan.


Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa BKPM meminta akreditasi dan standarisasi asing harus sesuai dengan KAN. Karena itu, apa yang diperoleh Dephut saat ini sah karena pemberi sertifikat telah terdaftar oleh KAN.


Saat ini, Bambang mengatakan, ada 410 laboratorium yang diuji dan diakreditasi oleh KAN dan ISO yang diperoleh sektor kehutanan baru pertama diperoleh Dephut. “Kami pastikan dengan adanya akreditasi Balitbang Kehutanan akan memperoleh manfaat peningkatan percaya diri dan diakuinya secara regional dan internasional,” katanya.

Contoh Pejabat Anti Korupsi

Setelah proyek multimilyar dollar selesai, sang dirjen kedatangan tamu
bule wakil dari HQ kantor pemenang tender. Udah 7 tahun di Jakarta
jadi bisa cakap Indonesia .

Bule: "Pak, ada hadiah dari kami untuk bapak. Saya parkir dibawah mercy S320."

Dirjen : "Anda mau menyuap saya? ini apa-apaan? tender dah kelar kok.
Jangan gitu ya, bahaya tau haree genee ngasih-ngasih hadiah."

Bule: "Tolonglah pak diterima. kalau gak, saya dianggap gagal membina
relasi oleh kantor pusat."

Dirjen: "Ah, jangan gitu dong. saya gak sudi!!"

Bule (mikir ): "Gini aja, pak. gimana kalau bapak beli saja mobilnya..."

Dirjen: "Mana saya ada uang beli mobil mahal gitu!!"

Bule menelpon kantor pusat.

Bule: "Saya ada so lusi , Pak. bapak beli mobilnya dg harga Rp.10.000,- saja."

Dirjen: "Bener ya? OK, saya mau. jadi ini bukan suap. pake kwitansi ya.."

Bule: "Tentu, Pak.."

Bule menyiapkan dan menyerahkan kwitansi. dirjen membayar dengan uang
50 ribuan. mer eka pun bersalaman.

Bule (sambil membuka dompet ): "Oh, maaf Pak. ini kembaliannya Rp.40.000,-. "
Dirjen: "Gak usah pakai kembalian segala. tolong kirim 4 mobil lagi
kerumah saya ya..."
Bule : @#$%^&**

Debitur Dana Reboisasi Terus Ditagih

Departemen Kehutanan terus mengejar perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) pengutang Dana Reboisasi (DR). Tercatat masih ada 75 perusahaan HTI yang menunggak pinjaman DR senilai Rp1,3 triliun.


“Itu piutang lama yang akan terus kami tagih untuk diselesaikan,” kata Kepala Biro keuangan Dephut Budi Hardjo di Jakarta akhir pekan lalu.


Budi menjelaskan, di tahun 1990-an pemerintah menyediakan skim pinjaman untuk pembangunan HTI dengan dana yang berasal dari DR. Terdapat 92 perusahaan yang mendapat kucuran kredit tersebut dengan nilai pinjaman mencapai Rp2,4 triliun. Rinciannya, pinjaman DR dengan bunga 0% sebesar Rp1,1 triliun, pinjaman DR denga bunga komersial Rp318 miliar dan Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) senilai Rp960 miliar.


Skim pinjaman HTI dihentikan ditahun 1998 karena ada tekanan Dana Moneter Internasional (IMF). Akibat penghentian itu, operasional perusahaan HTI kemudian terganggu yang berujung kepada mandeknya pembayaran utang yang dikucurkan.


Menurut Budi, piutang yang sudah lunas mencapai Rp1,023 triliun termasuk bunga dan denda. Untuk menyelesaikan piutang yang tersisa, Dephut membuka peluang penjadwalan ulang (Reschedulling). Sampai saat ini 20 perusahaan terdaftar sebagai pasien penjadwalan ulang.


Sementara untuk tahun 2009, terdapat sembilan perusahaan yang sudah berminat untuk ikut penjadwalan ulang dengan nilai utang mencapai Rp129,7 miliar. Budi berharap, Dephut bisa menagih sedikitnya Rp23 miliar di tahun ini.


Menurut dia, Dephut akan mengambil tindakan tegas terhadap penunggak pinjaman DR yang tidak melakukan upaya pelunasan denga melapor kepada Kejaksaan atau Kantor Pelayanan Kekayaan Lelang Negara. “Bagi yang tidak kooperatif tentu harus ada langkah-langkah untuk penyelesaian,” katanya.


Disclaimer

Dia juga mengungkapkan, total piutang yang dimiliki Dephut mencapai Rp2,3 triliun yang dikucurkan dalam berbagai bentuk skim kredit diantara Kredit Usaha Hutan Rakyat (KUHR), Kredit Usaha Tani Konservasi Kecil Daerah Aliran Sungai (KUKDAS) dan Kredit Usaha Persuteraan Alam (KUPA). Termasuk dalam piutang tersebut adalah pinjaman untuk pelaksanaan Sea Games senilai Rp35 miliar yang sudah membengkak menjadi Rp118 miliar.


Untuk menyelesaikan piutang KUHR, KUKDAS, KUPA telah dibentuk tim koordinasi sesuai dengan SK Menhut No.381/2008 yang bertugas untuk melakukan evaluasi dan supervisi serta perhitungan atas jumlah pembayaran pokok dan bunga pinjaman.


Menurut Budi, pada prinsipnya Dephut terus berusaha untuk menyelesaikan piutang tersebut. Saat ini sedang dilakukan rekonsiliasi dengan pihak Bank BPD seluruh Propinsi yang menjadi penyalur dana KUPA, KUHR dan pelaksana kegiatan KUK-DAS untuk penyelesaian masalah kredit serta upaya tindak lanjut penanganan kredit yang telah jatuh tempo.


Dia juga menyatakan upaya tersebut dilakukan untuk melepas Dephut yang selalu mendapat opini disclaimer dari Badan Pemeriksa Keuangan untuk Laporan Keuangan Dephut. “Kami berupaya agar opini untuk laporan keuangan bisa meningkat dari Disclaimer menjadi Wajar Tanpa Syarat,” kata Budi.

BI : ‘Jangan Rusak Sarang Burung’

Buat sebagian anak kecil, sarang burung adalah obyek yang menarik perhatian. Saking menariknya, tak jarang mereka pun mengusik, bahkan merusak sarang burung hanya untuk kepuasan semata. Padahal sarang merupakan bagian penting dari proses perkembangbiakan yang akan menjaga kelangsungan jenisnya.


Untuk itu LSM BI (Burung Indonesia) menghimbau agar semua pihak ikut menjaga keberadaan sarang burung. Jika sampai rusak, maka akan mengancam kelestarian hewan tersebut.


“Sarang adalah tempat perlindungan yang sangat vital. Mulai dari saat induk bertelur hingga membesarkan anak mereka,” ujar Social Marketing and Campaign Officer, Burung Indonesia, Fahrul P. Amama.


Fahrul pun mengingatkan pembuatan sarang burung ada yang sulit, rumit dan makan waktu pula. Menurutnya, pembuatan sarang paling rumit dilakukan oleh jenis burung seperti cinenen, perenjak dan burung madu. Pasalnya, mereka memerlukan material khusus berupa benang laba-laba dan bulu burung untuk merangkai dan menjahit sarangnya. “Cara rumit seperti ini memerlukan ketrampilan tingkat tinggi untuk bisa merajut bahan satu persatu sampai membentuk sarang.”


Sementara sarang paling aneh adalah milik burung suku gosong dan maleo. Maleo senkawor (Macrocephalon maleo) dari keluarga Megapoda (Megapodes alias kaki besar) ini juga punya kebiasaan bersarang sama-sama paling njelimet. Saat datang masa berbiak, kelompok pasangan ini meninggalkan hutan tempatnya mencari makan sepanjang tahun. Mereka mencari area berpasir di pantai, biasanya dekat dengan mata air panas atau sumber panas bumi untuk bertelur.


Proses itu dimulai berbulan-bulan sebelum musim berbiak tiba. Maleo jantan menyiapkan gunungan tempat bertelur. Dia mencakar tanah untuk membuat lubang sedalam setengah meter (m). Lalu ditimbun dengan dedaunan. Hasilnya, berupa onggokan berdiameter 5 m dan tinggi 1 m. Pada gunungan pasir ini si betina menggali lubang untuk menempatkan telur mereka. Telur-telur itu pun ditimbun kembali dengan pasir dan kemudian ditinggalkan begitu saja hingga menetas sendiri.

“Sarang seperti ini berfungsi layaknya mesin inkubator alami. Oleh karena fungsinya ini, dibutuhkan banyak bahan dan usaha untuk membuatnya,” kata Fahrul.


Lain dengan gosong tanimbar (Megapodius tenimberensis). Mereka membuat inkubatornya di dekat pantai atau hutan bakau. Bentuknya, hundukan seperti kerucut yang tersusun dari tanah bsah, pasir putih bercampur daun-daun busuk dan basah. Tinggi gundukan itu bisa mencapai 3 m dengan diameter 5 m. Padahal saudaranya, gosong maluku (Eulipoa wallacei) simpel saja. Jenis tersebut hanya menggali lubang di dalam pasir, meletakkan telurnya dan menutupnya kembali tanpa perlakuan lebih lanjut.

Sedangkan sarang gantung khususnya sarang anyaman adalah rumah burung yang memiliki arsitektur paling mengagumkan. Jenis sarang ini biasanya menggantung pada ujung cabang, daun atau diantara dua ranting pohon. Bentuknya, beragam. Ada yang bulat dengan satu lobang masuk, lonjong atau seperti tabung reaksi.


Apa pun bentuknya, hampir semua burung menganyam sarang gantung dengan rerumputan cara menganyamnya bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya, menusukkan helai rumput lewat celah dinding sarang, lalu menariknay hingga tembus dari sisi lain. Kelompok suku Zosteropidae yakni kacamata gunung (Zosterops montanus), cinenen gunung (Orthotomus cuculatus) dan perenjak Jawa (Prinia familiaris) adalah contoh burung yang menjahit sarangnya dengan cara tadi.


Yang unik adalah Collocalia. Mereka bersarang di dalam gua. Membuat sarang dengan air liurnya tanpa lumpur. Memang beberapa jenis menggunakan air liurnya untuk merekatkan beragam material. Namun tiga jenis walet yakni Collocalia fuciphaga, Collocalia esculenta dan Collocalia maxima membangun sarang 100% dari air liurnya. Sarang ini lah yang digunakan para koki untuk membuat salah satu makana lezat dan mahal di dunia, sup sarang burung.


Namun sarang seperti mangkuk paling umum. Bentuknya bisa dibedakan karena memiliki bagian dalam dan luar. Kendati membangunnya relatif sulit namun memberi perlindungan maksimal bagi telur dan burung muda. Sarang konvensional ini dibangun di berbagai tempat tapi biasanya dijepit, ditambat atau diikatkan pada cabang dan batang pohon.
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.