HOME _.:._ BLOG _.:._ BUSINESS _.:._ PHOTO _.:._ SEARCH

Wednesday, June 24, 2009

PROYEK REINTRODUKSI ORANGUTAN

WANARISET SAMBOJA

(Diambil dari YAYASAN PENYELAMATAN ORANGUTAN BORNEO (BOS) bekerja sama dengan Departemen Kehutanan RI)


Orangutan adalah satu-satunya kera besar di dunia yang terdapat di Asia. Ada dua jenis orangutan yaitu orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan orangutan Borneo (Pongo pygmaeus). Sekitar 90% orangutan Borneo yang tersebar di pulau Kalimantan ada di wilayah Indonesia, sisanya berada di wilayah Malaysia, meliputi Sabah dan Serawak.


Populasi orangutan Borneo di alam menurut PHVA-IUCN (2004), tersisa sekitar 57.000 di habitat yang terfragmentasi. Ancaman yang dihadapi orangutan adalah adanya alih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit, Hutan Tanaman Industri (HTI), Hak Pengusahaan Hutan (HPH), penebangan liar, pertambangan dan perburuan untuk dijadikan hewan peliharaan.


Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS atau BOS) Program Regional Kalimantan Timur melalui Proyek Reintroduksi Orangutan Wanariset Samboja, turut membantu Departemen Kehutanan dalam upaya merehabilitasi orangutan dari hasil kegiatan penegakan hukum. Salah satu kegiatannya adalah melakukan reintroduksi orangutan Borneo tersebut ke habitat alaminya.


Beberapa tahapan yang harus dilalui orangutan Borneo dalam proses reintroduksi tersebut antara lain:


KARANTINA

Orangutan Borneo setelah diserahkan ke Proyek Reintroduksi Orangutan Wanariset Samboja akan periksa kondisi kesehatan dan psokologinya secara menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk menentukan proses rehabilitasi selanjutnya.


SEKOLAH HUTAN

Di sini bayi orangutan Borneo dilatih dan ditingkatkan kemampuannya untuk bertahan hidup di habitat asli dengan memperkenalkan jenis-jenis pakan seperti di habitat alaminya, membuat sarang dan membangkitkan insting dan kepekaan untuk mengenali kondisi lingkungan sekitarnya, seperti kemampuan dalam penjelajahan hutan dan mengenali musuh alami (seperti ular dan satwa pemangsa lainnya).


PULAU ORANGUTAN

Pulau yang khusus dibuat untuk orangutan cacat dan bertujuan memberikan keleluasaan bagi orangutan tersebut untuk belajar sambil bermain di alam terbuka.


HUTAN SINGGAH

Hutan singgah adalah wahana terakhir bagi orangutan di proyek reintroduksi. Pada tahap ini, orangutan biasanya telah siap untuk menjalani proses pelepasliaran ke habitatnya.


PELEPASLIARAN ORANGUTAN

Setelah dilakukan pengecekan dan pemeriksaan kesehatan secara cermat, orangutan yang memenuhi syarat diserahkan kembali kepada Departemen Kehutanan melalui Balai KSDA Kalimantan Timur untuk dilepasliarkan di habitat alaminya yang sebelumnya telah di survey dengan seksama menurut peraturan perundangan yang berlaku.


MONITORING DAN EVALUASI ORANGUTAN

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau perkembangan perilaku dan pola jelajah orangutan yang dilepasliarkan serta ancaman di habitat tersebut. Yayasan BOS turut melakukan hal ini sebagai tanggung jawab moral dan sebagai media observasi dan penelitian bagi kepentingan konservasi orangutan dan habitatnya, termasuk orangutan hasil pelepasliaran. Dalam pelaksanaannya Yayasan BOS Program Regional Kalimantan Timur bekerja sama dengan banyak pihak. Hasil monitoring selama ini, memperlihatkan orangutan yang telah dilepasliarkan dapat bertahan hidup dan berkembangbiak di alam bebas.


RESCUE (PENYELAMATAN)

Yayasan BOS Program Regional Kalimantan Timur bekerjasama dengan pihak lain juga melakukan kegiatan rescue (penyelamatan) dan translokasi orangutan liar yang masuk ke areal perkebunan milik masyarakat dan perusahaan. Selain itu juga gencar melakukan kampanye pelestarian orangutan Borneo baik di sekolah-sekolah ataupun masyarakat umum.


SUAKA BERUANG MADU

Selain program reintroduksi orangutan, di Samboja Lestari juga terdapat Suaka Beruang Madu berasal dari hasil penyitaan yang dilakukan oleh Balai KSDA Kalimantan Timur maupun penyerahan langsung oleh masyarakat dan akhirnya dititipkan untuk dirawat di suaka ini.


----------------------------------------------------------------------------------------


DUKUNGAN ANDA KUNCI KESUKSESAN BERSAMA

Informasi Bank

Account No. : 532.8797

Acc. Name : Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo

Bank : BNI

Branch : Jl. R.S. Fatmawati Blok 115,

D III Cilandak, South Jakarta, 12430

SWIFT CODE : BNINIDJAFMI

-

---------------------------------------------------------------------------------------


Office :

l Kantor Pusat

CICO

Jl. Tumenggung Wiradiredja No. 216 Cimahpar

Bogor 16155 – West Java, Indonesia

Tel. +62 251 661 023 / 661 128

Fax. +62 251 660 919

e-mail: bos_komunikasi@orangutan.or.id

l Program Regional Kalimantan Timur

Proyek Reintroduksi Orangutan Wanariset Samboja,

Program Samboja Lestari dan Samboja Lodge

Jl. Balikpapan-Handil RT.01 Km.44 Margomulyo

Samboja 75273 – East Kalimantan, Indonesia

Tel. +62 542 707 0485 / 702 3600

Fax. +62 542 413 069

e-mail: bos_sambojalestari@orangutan.or.id

STOP MEMBURU SATWA LIAR!

(Diambil dari YAYASAN PENYELAMATAN ORANGUTAN BORNEO (BOS) bekerja sama dengan Departemen Kehutanan RI)


Yayasan BOS : www.savetheorangutan.info



3 ALASAN UNTUK TIDAK BERBURU SATWA LIAR


MELANGGAR UNDANG-UNDANG

Satwa liar yang terancam punah dilindungi oleh Undang-undang No.5 tahun 1990, termasuk diantaranya orangutan, beruang, owa-owa, kukang, burung, dan lain-lain


MENULARKAN PENYAKIT

Satwa liar seperti juga manusia, dapat membawa penyakit yang bisa menular. Pemburu termasuk orang yang beresiko tinggi tertular penyakit dari satwa liar karena sering ada kontak dengan darah satwa tersebut. Penyakit ini tidak dapat hilang bila hanya dicuci dengan sabun biasa. Penyakit dapat menular dari bapak ke istri, ke anak, ke tetangga, ke teman, dll.


SATWA PUNYA PERASAAN

Sama halnya dengan manusia, satwa memiliki perasaan takut dan sakit. Satwa Primata seperti orangutan dan owa-owa punya perasaan yang sangat mirip dengan manusia, yaitu sedih dan gembira. Anak orangutan yang ditinggal mati induknya akan sangat sedih dan trauma. Hanya 1 dari 5 anak orangutan yang dipisahkan dari induknya yang mampu bertahan hidup.



3 ALASAN UNTUK TIDAK MEMELIHARA SATWA LIAR


HUKUMAN PENJARA

Ancaman hukuman penjara selama 5 tahun bagi orang yang terbukti memperdagangkan (menjual dan membeli) dan memelihara satwa liar yang dilindungi.


RESIKO BAGI ANAK

Resiko penularan penyakit dari satwa liar ke manusia cukup tinggi. Anak-anak memiliki resiko tertular penyakit karena mereka bermain sangat dekat dengan hewan peliharaan. Bahaya penyakit Hepatitis, TBC, Herpes, dan parasit bisa sangat fatal bila menyerang anak.


ANCAMAN KEPUNAHAN

Setiap kali kita membeli satwa liar di pasar, maka pemburu akan mengambil lagi satwa lainnya dari dalam hutan untuk dijual. Setiap anak orangutan yang diperdagangkan pasti telah kehilangan induknya (mati dibunuh). Bila perdagangan ini tidak dihentikan, maka satwa liar akan punah.



3 ALASAN KITA HARUS MELINDUNGI HUTAN


KEKAYAAN & KEBANGGAAN

Hutan tropis adalah kebanggaan masyarakat Kalimantan. Hutan Kalimantan sangat kaya dengan berbagai jenis pohon dan tanaman obat, serta satwa. Karena itu merupakan tanggung jawab kita untuk menjaganya.


BAHAYA KEBAKARAN

Pembukaan hutan menyebabkan tingginya resiko kebakaran. Setiap tahun di Kalimantan terjadi kebakaran yang menghabiskan puluhan ribu hektar hutan tropis. Asap menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan gangguan penglihatan. Kebakaran hutan memusnahkan banyak satwa liar dan tanaman obat yang amat berguna bagi manusia.


BAHAYA BANJIR & LONGSOR

Bila hutan telah hilang maka tak ada lagi tanaman yang mampu menyerap air. Banjir & longsor akan datang setiap musim hujan merusak kampung dan kota. Banjir dan lumpur akan merusak ladang-ladang. Akibatnya petani tidak dapat menanam dan seluruh keluarga tak dapat makan!



3 CARA UNTUK MEMBANTU


SEGERA LAPORKAN

Anda dapat membantu penyelamatan satwa liar. Segera pergi melaporkan ke kantor KSDA terdekat atau langsung ke Yayasan BOS apabila melihat ada satwa liar yang dipelihara orang dalam kandang, atau satwa liar yang ditangkap orang atau satwa liar yang diperjualbelikan di pasar.


STOP MEMBELI/MEMELIHARA

Marilah kita berhenti untuk membeli/memelihara satwa liar. Hentikan rantai perdagangan satwa liar, maka pedagang satwa liar tidak akan lagi berburu dan menjual satwa liar. Masih banyak hewan lain yang dapat kita pelihara dan kita sayangi dirumah, seperti anjing, kucing, ayam, dll, tetapi bukan satwa liar. Biarkan satwa liar hidup bebas di hutan.


MENGAJAR ANAK & CUCU

Masyarakat Dayak sangat bangga akan kekayaan hutan Kalimantan. Marilah kita mengajarkan kepada anak dan cucu kita untuk tetap menjaga kelestarian alam Kalimantan beserta satwa liar di dalamnya. Penebangan liar dan pembukaan hutan untuk perkebunan hanya memberikan keuntungan bagi sedikit orang. Masyarakat asli tidak akan menikmati keuntungannya tetapi hanya menerima dampak buruknya saja.


SEGERA LAPORKAN KE:

Ø Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng

Jl. Cilik Riwut Km.28, Palangka Raya – Kalimantan Tengah

Telp. (0536) 330 8416 / 330 8415

Fax. (0536) 322 5065

e-mail: bos_nyarumenteng@orangutan.or.id

Ø Pusat Reintroduksi Orangutan Wanariset

Jl. Balikpapan – Handil Rt.01 Km.44, Margomulyo, Samboja 75273, Kalimantan Timur

Telp. (0542) 707 0485 / 702 3600

Fax. (0542) 413 069

e-mail: bos_wanariset@orangutan.or.id



RESCUE/PENYELAMATAN

Pengembangan kawasan perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu ancaman serius bagi kelestarian hidup orangutan di Kalimantan Tengah. Orangutan yang kehilangan hutan tempat tinggalnya akan kelaparan karena tidak ada pohon buah lagi. Orangutan kemudian diburu dan dibunuh karena makan tanaman perkebunan.


Yayasan BOS berupaya menyelamatkan orangutan yang kehilangan tempat tinggalnya ataupun yang tertinggal di perkebunan.


Tim Rescue dari Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng (Kalimantan Tengah) dan Pusat Reintroduksi Orangutan Wanariset (Kalimantan Timur) dikirim ke perkebunan maupun desa-desa sekitar untuk menyelamatkan orangutan dan satwa liar lain.


Satwa liar yang berhasil diselamatkan akan dibawa ke pusat reintroduksi untuk diperiksa kesehatannya dan diberi cukup makan. Satwa liar ini akan dilepasliarkan kembali di hutan konservasi bila dinyatakan telah cukup kuat.

Coral Triangle Initiative (CTI)

Inisiatif Indonesia Selamatkan Bumi


Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) pernah membuat laporan menyeramkan. Dalam lima tahun mendatang akan terjadi kenaikan suhu minimum dan maksimum permukaan bumi antara 0,5 hingga 1,5 derajat Celcius. Kenaikan ini akan berakibat fatal, terutama bagi negara kepulauan. Hal itu terjadi akibat pemanasan global dan perubahan iklim yang saling mempengaruhi secara timbal-balik.


Kenaikan suhu bumi ini bakal mempercepat melelehnya es di kutub dan berujung naiknya permukaan air laut secara drastis. Fenomena tersebut akan mengancam negara-negara kepulauan di Pasifik, yang daratannya rata-rata hanya empat meter di atas permukaan laut. Bahkan, dalam waktu singkat, akibat pemanasan global dan perubahan iklim yang tidak terkendali akan menenggelamkan negara-negara kepulauan. Selain itu, akan terjadi pula sedimentasi yang menutup ekosistem pesisir seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun.


Mengingat yang bicara adalah para ilmuwan dari seluruh dunia, peringatan tersebut memang sangat serius. Hal itu terlihat dari munculnya kekhawatiran negara-negara yang bergabung dalam Alliance of Small Island States (AOSIS) saat konferensi United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali. Dari sinilah kemudian negara-negara kepulauan di Pasifik – di antaranya Marshall Islands, Kiribati, Tuvali, Mikronesia, Pulau Elias dan Vanuatu – meminta dan mengharapkan Indonesia sebagai leader untuk mengangkat isu tenggelamnya pulau akibat pemanasan global tersebut di forum PBB.


Inisiatif ini yang kemudian dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan APEC di Sydney. Indonesia mengajak negara-negara di dunia, khususnya di kawasan Asia Pasifik, untuk menjaga dan melindungi kawasan segitiga karang dunia yang dikenal dengan nama Coral Triangle.

Dari sini pula akhirnya Indonesia bersama lima negara lainnya, yakni Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Salomon, mengumumkan sebuah inisiatif perlindungan terumbu karang yang disebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif tersebut juga telah mendapatkan dukungan dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia.


Sebegitu pentingkah menjaga ekosistem terumbu karang? Jawabnya, ya. “Kawasan coral triangle memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia. Lebih dari 120 juta orang hidupnya bergantung pada terumbu karang dan perikanan di kawasan tersebut. Apalagi, Coral Triangle merupakan kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP), Freddy Numberi.


MenKP menjelaskan, kawasan coral triangle mencakup 6 negara dengan luas total terumbu karang 75.000 km2. Indonesia sendiri memiliki luas terumbu karang sekitar 51.000 km2 yang menyumbang lebih dari 21% luas terumbu karang dunia. Namun, pemanasan global telah membawa ancaman terhadap terumbu karang kawasan coral triangle – yang merupakan jantung kawasan segitiga karang dunia (heart of global coral triangle).


Pemanasan global telah meningkatkan suhu air laut sehingga terumbu karang menjadi stres dan mengalami pemutihan atau bleaching. Jika ancaman tersebut terus berlangsung, terumbu karang akan mengalami kematian. “Sayangnya, hingga kini perhatian dunia terhadap laut masih sangat minim. Terbukti, 48% karbon hasil pembakaran bahan bakar fosil di buang ke laut, sehingga konsentrasi karbon dioksida di laut meningkat tinggi,” tandas MenKP.


Laut penyelamat bumi

MenKP menegaskan, selain kawasan hutan, laut juga dikenal sebagai paru-paru dunia yang berperan utama menyerap gas karbon dioksida (CO2). Melalui berbagai organisme laut yang melimpah seperti terumbu karang, hutan bakau, dan padang lamun serta biota kecil seperti plankton atau mikroalga, eksistem laut ternyata berkemampuan dan menjadi solusi menghadapi fenomena tersebut. Bahkan, potensi laut menyerap CO2 dapat lebih tinggi dibanding hutan di darat.


“Laut menyerap karbon 50 kali dibanding atmosfer. Laut juga mampu melepas karbon 90 miliar ton/tahun dan menyerap karbon 92 miliar ton/tahun. Bandingkan dengan vegetasi darat yang melepas karbon 60 miliar ton/tahun dan menyerap karbon 61 miliar ton/tahun. Bahkan, 50% oksigen yang dihirup manusia berasal dari fotosintesa di laut,” paparnya.


Menurut MenKP, laut menyerap CO2 dari atmosfer dalam jumlah yang sangat besar dan menyimpannya, yakni sekitar 245,6 juta ton/tahun atau seperempat CO2 yang dihasilkan pembakaran bahan bakar fosil. Bahkan, laut Indonesia dengan terumbu karang mencapai 75.000 km2 serta 6,7 juta hektare kawasan konservasi laut bekontribusi menyerap 43,6% karbon dioksida dunia.


Di beberapa bagian laut, CO2 yang tersimpan selama berabad-abad berperan sangat besar mengurangi pemanasan global. Namun, kemampuan laut menyerap CO2 akan berkurang jika ekosistem laut semakin mengalami kerusakan. Indonesia yang memiliki wilayah lautan 70% dari total wilayahnya tentunya memiliki kandungan biomassa yang jauh lebih banyak. “Kekayaan ekosistem laut Indonesia berprospek sebagai alternatif menekan pemanasan global dan perubahan iklim di masa mendatang,” tegasnya.


Ketahanan pangan

Terbentuknya CTI sendiri tidak lepas dari gagasan cemerlang yang dilontarkan Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Kehutanan dengan LSM The Nature Conservation dan WWF Indonesia. Mereka kini terus menyuarakan dan mensosialisasikan CTI sehingga mendapatkan dukungan yang lebih besar dari masyarakat internasional.


Apalagi, perlindungan terhadap keanekaragaman hayati laut, terutama terumbu karang melalui CTI, sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan dan upaya mengurangi kemiskinan. Pasalnya, fungsi penting terumbu karang adalah sebagai tempat berkembang biak, mencari makan dan berlindung bagi ikan dan biota laut lainnya. “Jika terumbu karang terjaga baik, maka sumber perikanan juga akan terus memberikan pasokan makanan bagi manusia,” ujar MenKP.


Target

Bagi Indonesia, kata MenKP, program kawasan konservasi laut (marine conservation area) di masa mendatang akan berdampak pada kelestarian ekosistem laut, khususnya ekosistem pesisir. Ekosistem pesisir yang dibentuk tiga ekosistem utama, yaitu ekosistem terumbu karang, mangrove, dan padang lamun merupakan habitat ikan dan sumber kehidupan masyarakat pesisir, serta pelindung pantai sebagai filter alami selain berbagai manfaat lainnya.


Oleh karena itu, Indonesia menargetkan perluasan kawasan konservasi laut dengan menetapkan kawasan seluas 20 juta hektare (ha) sampai tahun 2020. “Indonesia telah mengkonservasi kawasan laut seluas 6,7 juta ha. Kemudian ditingkatkan menjadi 10 juta ha pada tahun 2010 dan 20 juta ha pada tahun 2020,” jelasnya.


MenKP menegaskan, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki kepentingan untuk menyelamatkan sumber daya pesisir itu secara berkelanjutan dari ancaman pemanasan global dan perubahan iklim. Pada konteks pelestarian dimaksud, DKP menargetkan 10% dari ekosistem terumbu karang di wilayah pesisir ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut tahun 2010.


Salah satu program yang mengemban pencapaian dimaksud adalah Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang yang menetapkan marine management area (MMA) dan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) di setiap kabupaten/kota. “Suatu langkah yang tepat dan strategis jika Indonesia berinisiatif untuk menyuarakan sekaligus memimpin CTI, mengingat Indonesia merupakan negara dengan terumbu karang terluas di dunia dan keanekaragaman terumbu karang tertinggi di dunia,” tegas MenKP.

CO2 Bisa Diubah Menjadi Metanol

Ilmuwan dari Institut Bioengineering dan Nanoteknologi (IBN) Singapura mengaku berhasil membongkar potensi karbon dioksida (CO2) dengan mengubahnya menjadi produk yang lebih bermanfaat bagi manusia. Gas rumah kaca itu diproses dengan sedikit memanfaatkan energi dibanding metode yang ada sebelumnya untuk menghasilkan metanol.


Dalam jurnal kimia internasional Angewandte Chemie, sejumlah ilmuwan IBN melaporkan bahwa dengan menggunakan katalisis organo (organokatalisis) mereka mengaktifkan karbon dioksida dalam sebuah proses yang ringan yang tak beracun untuk menghasilkan metanol. Metanol adalah bahan bakar yang biasa dipakai industri serta biofuel yang bersih.


Organokatalisis adalah katalisis yang terdiri dari unsur-unsur non-logam yang ditemukan dalam senyawa organik. NHC (N-heterocyclic carbenes) seperti Imes adalah bentuk organokatalisis yang stabil dan mudah disimpan. Mereka tidak mengandung logam berat berbahaya dan bisa diproduksi dengan mudah tanpa perlu biaya besar.


Para ilmuwan membuat karbon dioksida bereaksi dengan menggunakan NHC – sebuah organokatalisis baru. Berbeda dengan katalis logam berat yang mengandung racun dan unsur yang tidak stabil, NHC justru stabil, bahkan dalam kondisi adanya oksigen. Oleh karena itu, reaksi NHC dengan karbon dioksida bisa terjadi dalam suhu kamar di udara yang kering.


Para ilmuwan IBN juga memperlihatkan bahwa butuh sejumlah kecil NHC untuk menginduksi karbon dioksida menjadi aktif dalam reaksi tersebut. “NHC memperlihatkan potensi yang luar biasa untuk mengaktifkan dan memfiksasi karbon dioksida. Hasil karya kami bisa memberi sumbangan terhadap transformasi ekses karbon dioksida di lingkungan menjadi produk bermanfaat seperti metanol,” ujar Senior Lab Officer IBN, Siti Nurhanna Riduan. Siti tengah menyelesaikan program Ph.D. dari IBN, salah satu lembaga riset A*STAR (Agency for Science, Technology and Research) Singapura.


Hidrosilane, kombinasi silika dan hidrogen, ditambahkan ke NHC sebagai bahan aktivasi karbon dioksida, dan produk dari hasil reaksi bahan tersebut diubah menjadi metanol dengan cara menambahkan air melalui hidrolisis.


Yugen Zhang Ph.D. – ketua tim IBN dan Kepala Riset Ilmuwan – menjelaskan “Hidrosilane memberikan hidrogen, yang mengikat karbon dioksida dalam reaksi reduksi. Reduksi karbon dioksida ini secara efisien dikatalisis oleh NHC bahkan pada suku kamar. Metanol bisa dengan mudah diperoleh dari produk reaksi karbon dioksida. Berdasarkan hasil riset kami sebelumnya terhadap NHC juga memperlihatkan aplikasinya yang beragam sebagai antioksidan yang kuat untuk memerangi penyakit degeneratif, dan sama efektifnya sebagai katalis dalam mengubah gula menjadi bahan bakar alternatif. Sekarang ini kami telah memperlihatkan NHC bisa juga diterapkan dan berhasil untuk mengubah karbon dioksida menjadi metanol, yang membantu untuk mengurangi gas yang sangat melimpah di lingkungan.”


Selama ini, berbagai upaya untuk mengurangi gas karbon dioksida menjadi produk yang bermanfaat selalu membutuhkan input energi yang lebih besar serta waktu reaksi yang lebih panjang. Selain itu, mereka juga butuh transisi katalis logam, yang ternyata tidak stabil dalam kondisi adanya oksigen serta berbiaya sangat mahal. Riset yang saat ini sedang dilakukan IBN bertujuan untuk menemukan berbagai alternatif murah pembuatan reagen hidrosilane, sehingga produksi metanol bisa jauh lebih murah untuk diproduksi secara massal.


“Di IBN kami sedang melakukan inovasi pencarian metode efektif untuk menghasilkan bahan bakar yang bersih dengan menggunakan kimia yang ramah lingkungan serta nanoteknologi. Dalam menghadapi polusi terhadap lingkungan, pemanasan global dan meningkatnya permintaan bahan bakar fosil yang makin menyusutkan cadangan minyak bumi, kami berharap dapat memberikan energi alternatif yang layak dan operasional untuk industri, serta cara efektif untuk mengurai dan mengubah karbon dioksida,” papar Direktur Eksekutif IBN, Jackie Y. Ying Ph.D.

Besar, Peluang Pasar Karbon Sukarela

Sudah hampir dua tahun lamanya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malinau, Kalimantan Timur (Kaltim) mendeklarasikan kawasan hutan lindung seluas 325.041,6 hektare (ha) untuk pemanfaatan jasa lingkungan lewat Perdagangan Karbon Sukarela atau Voluntary Carbon Market (VCM). Sayangnya, sampai detik ini aturan mainnya belum ada.

Hal inilah yang dikeluhkan oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, Gerard A. Silooy. “Pedoman, standar dan kriteria perdagangan karbon sukarela merupakan kewenangan pemerintah pusat. Jadi, kami di daerah hanya bisa menunggu sambil menyiapkan diri,” ujar Gerard pada Agro Indonesia di standnya yang bergabung dalam Indogreen Forestry Expo 2009 di Jakarta, pekan lalu.

September 2007, Pemkab Malinau meneken nota kesepahaman dengan Global Eco Rescue (GER) Ltd. dan Borneo Tropical Rainforest Foundation (BTRF) untuk melestarikan tiga hutan lindung: Pasilan Tabah Sungai Sembakung, Long Ketrok dan Gunung Laung-Gunung Belayan lewat skema VCM.

Bupati Malinau periode 2006-2011, Marthin Billa menyadari, Kabupaten Malinau miskin sektor jasa dan perdagangan ketimbang daerah lainnya. Namun, dari sisi keanekaragaman hayati, Malinau sangat kaya karena wilayah mereka bagian dari Borneo’s vast tropical wilderness. Potensi ini menjadi modal untuk inovasi tanpa membahayakan lingkungan dan mengorbankan kepentingan masyarakatnya yang bergantung pada hutan.

Martin yakin langkah ini akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi anak cucu masyarakat Malinau. VCM akan menghasilkan pendapatan dari potensi tiga hutan lindung tersebut.

Contoh KPWN
Sementara di tempat terpisah, Pakar Managemen Kehutanan & Biometriks Institut Pertanian Bogor, Teddy Rusolono menilai, pada dasarnya skema VCM hanya karena tanggung jawab pada lingkungan saja. Saat ini pasarnya pun masih kecil. Paling negara-negara yang tidak meratifikasi Protokol Kyoto. Amerika, misalnya.

“Namun, peluang Perdagangan Karbon Sukarela besar. Karena ke depan, trennya akan berubah,” prediksi Teddy dalam seminar Menggalang Inisiatif Perdagangan Karbon Sukarela (VCM) di Indonesia pekan lalu di Departemen Kehutanan.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Kehutanan M.S. Kaban juga menilai VCM salah satu skema perdagangan karbon yang bisa menjadi alternatif baru bagi Indonesia. Skema ini memberikan keuntungan, di mana kemampuan hutan dalam menyerap dan menyimpan karbon diperhitungkan. Kawasan hutan yang masih utuh, contohnya. Berbagai pihak yang berkepentingan dimungkinkan ikut serta dalam skema VCM. Termasuk kelompok masyarakat yang selama ini tinggal di kawasan hutan dan ikut menjaganya.

Saat ini, perhitungan jumlah serapan karbon sudah banyak dilakukan berbagai pihak. Menurut FAO (2006), hutan dan tanah di bawahnya di seluruh dunia menyimpan karbon lebih dari 1 triliun ton karbon. Angka tersebut dua kali lipat julmah karbon di atmosfer. Sedangkan dalam satu tahun, kerusakan hutan telah menambah hampir 6 miliar ton karbon dioksida (CO2) ke atmosfer.

Berbagai macam cara dan pendekatan, pelaku berupaya menyelamatkan bumi dari bahaya pemanasan global. Salah satu yang menarik dari upaya penyelamatan ini adalah perdagangan karbon.

Karena saat ini belum banyak unit organisasi yang mengaplikasikan perdagangan karbon, Kaban menghimbau untuk mencontoh apa yang dilakukan Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN). Unit usaha ini telah melakukan inisiasi dalam mengaplikasikan perdagangan karbon di lapangan. Dengan melakukan investasi penanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) di berbagai wilayah di Indonesia, selain dapat menjual karbonnya juga meningkatkan penghasilan masyarakat sekaligus memperbaiki kondisi lingkungan yang ada.

Menguntungkan
Itu sebabnya, Kaban yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang ini berharap Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) segera mengembangkan standar serifikasi karbon yang bersifat sukarela. “Sehingga pelaksanaan perdagangan karbon sukarela ini dapat memberikan hasil yang maksimal.”

Selain VCM, Kaban juga berharap banyak pada Reducing Emission from Deforestation and Degradation in Developing Country (REDD). Skema ini akan diputuskan pada Conference of The Parties (COP) 15 Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (United Nations Freamework Convention on Climate Change/UNFCCC) Desember 2009 nanti di Copenhagen, Denmark. Menurutnya, REDD lebih memungkinkan Indonesia sebagai penyedia hutan penyerap karbon untuk memperoleh insentif dari negar-negara maju penghasil emisi.

“Secara ekonomi, skema REDD sangat menguntungkan karena dapat memberikan suntikan dana sebesar 3,75 miliar dolar AS atau Rp33,75 triliun/tahun dari negara-negara maju,” hitung Kaban.

REDD merupakan isu kompleks. Fungsi sumber daya hutan bagi setiap negara menuntut adanya pendekatan kebijakan internasional yang benar-benar mendukung negara berkembang untuk mampu menekan deforestasi dan degradasi hutan tanpa mengorbankan pembangunan nasionalnya.

Indonesia pun dituntut untuk mempertahankan keutuhan hutannya lewat pencegahan kerusakan hutan. Termasuk mengatasi perambahan, penebangan liar, kebakaran dan pembukaan hutan yang tidak terencana. Upaya ini menuntut kerjasama yang baik dan harmonis serta koordinasi yang intensif para pihak baik di pusat maupun daerah.

Dana Karbon Dukung Pelestarian Hutan

Dana dari pasar karbon dinilai tetap mendukung upaya konservasi dan pelestarian kawasan hutan sebab kawasan hutan yang mendapat pendanaan tersebut harus menjaga dari kerusakan dan deforestasi.


Direktur kelompok usaha Sulwood, M. Aaron A. Sampetoding menyatakan, publik jangan dulu apriori dengan dana karbon. “Sebab dana dari pasar karbon tetap potensial untuk mendukung upaya pelestarian dan konservasi hutan,” kata dia pekan lalu.


Belakangan, penolakan dana karbon memang kencang disuarakan terutama dari kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Dana karbon dinilai tak menyelesaikan persoalan pelestarian hutan sebaliknya malah meminggirkan masyarakat adat disekitar hutan.


Menurut Aaron, pihaknya menghormati pendapat tersebut. Meski demikian dia menyatakan, dengan mengikuti skim pendanaan karbon maka kawasan hutan akan tetap terjaga.


“Dengan mengikuti skim dana karbon, maka kawasan hutan untuk sementara tidak boleh ditebang. Ini tentu saja mendukung kelestariannya,” kata dia.


Saat ini dua unit Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) yang berada di bawah kelompok Sulwood sudah mengikat kerjasama dengan Keep The Habitat, lembaga non profit asal Australia untuk memperoleh manfaatan dana karbon.


IUPHHK tersebut berada di Sulawesi Barat, tepatnya di kawasan hutan Mamuju. Sulwood mengikuti jejak PT Inhutani I yang sudah terlebih dahulu mengikat kerjasama dengan Keep The Habitat.


Menurut Aaron, bukan hanya pihaknya dan Inhutani I saja yang bekerjasama dengan Keep The Habitat. Kelompok IUPHHK lainnya dan pemerintah daerah di Sulawesi Barat juga mengikat kerjasama dengan lembaga tersebut.


“Total luas areal yang dikerjasamakan mencapai 500.000 hektare yang terletak di kawasan hutan Mamuju,” katanya.


Aaron menjelaskan, selain menghentikan penebangan, kegiatan lain yang juga menguntungkan adalah berkembangnya kegiatan kemasyarakatan seperti penyediaan bibit dan penanaman. “Jadi jangan terlalu apriori dengan dana karbon,” katanya.


Dia berharap pemerintah bisa lebih mendukung langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh pemegang konsesi hutan dengan membuat regulasi yang kondusif.


Hutan Tanaman

Sementara itu, Soichiro Tomita, Presiden Direktur PT Musi Hutan Persada, perusahaan pemegang konsesi hutan tanaman industri menyatakan, di masa yang akan datang kegiatan penanaman hutan tanaman mungkin saja bisa mendapat kucuran dana karbon. Pasalnya, kegiatan penanaman pada hutan tanaman menyerap karbon dalam jumlah besar.


“Dia masa yang akan datang ketika sudah ada kesamaan pemikiran maka dana karbon bisa mengalir untuk kegiatan penanaman pada hutan tanaman. Namun untuk saat ini memang belum,” katanya.


Tomita menyatakan, meski ada peluang untuk mendapat dana karbon, pihaknya saat ini fokus untuk memproduksi kayu untuk memasok industri pulp dan kertas.

Dampak Negatif Sayur dan Buah Bagi Perokok

Semua orang sepakat kalau sayur dan buah-buahan adalah komoditas yang menyehatkan. Pada sayuran dan buah-buahan terkandung berbagai zat atau senyawa yang dapat mencegah munculnya penyakit dalam tubuh orang yang mengkonsumsinya.

Karena itu, manusia dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan agar tubuh tetap segar bugar dan terhindar dari berbagai penyakit.

Namun, hal ini tidak berlaku bagi kalangan perokok. Apalagi bagi perokok berat. Pasalnya, konsumsi banyak sayur dan buah bagi kaum perokok justru akan meningkatkan resiko terserang kanker usus besar (kolon) bagi mereka.

Berita ini bukanlah berdasarkan kabar burung atau gosip, tetapi didasarkan oleh sebuah penelitian yang dilakukan sejumlah ahli di kawasan Eropa.

Menurut para ahli, berdasarkan temuan dalam penelitian mereka, para perokok akan mengalami peningkatan resiko terkena kanker kolon akibat mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.

Melalui penelitiannya, para ahli di Lembaga Nasional untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Belanda (RIVM) menemukan bukti kalau konsumsi sayur mayur dan buah-buahan dalam jumlah banyak dapat mengurangi resiko terkena kanker kolon bagi mereka yang tidak merokok. Sebaliknya, konsumsi sayur dan buah-buahan dalam jumlah besar akan berdampak negatif bagi kaum perokok.

“Orang yang mengkonsumsi 600 gr atau lebih sayur dan buah-buahan sehari, akan memiliki resiko 20 hingga 25 persen lebih rendah bagi berkembangnya kanker kolon ditubuhnya dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi sayur dan buah hanya 220 gr atau kurang setiap harinya,” papar RIVM dalam pernyataannya, pekan lalu.

“Namun bagi kalangan perokok, konsumsi sayur dan buah-buahan justru berdampak negatif karena hal itu justru akan meningkatkan resiko terserang kanker kolon. Perlindungan terhadap kanker kolon melalui konsumsi sayur dan buah-buahan bergantung pada kebiasaan merokok,” sebut lembaga itu.

Walaupun begitu, seorang ahli dari RIVM, Hans Vehagen menegaskan kepada AFP kalau hasil penelitian itu menjadikan para perokok berhenti mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.

“Terhadap kontradiksi itu, kesimpulannya adalah, silahkan berhenti merokok,” ujarnya.

Dalam penelitiannya, RIVM telah melibatkan sekitar 500.000 orang di 10 negara di Benua Eropa dengan mengamati makanan dan kebiasaan merokokk mereka. Penelitian itu dilakukan selama 8,5 tahun.

Lewat penelitiannya itu, para ahli, dalam laporannya yang dipublikasikan di American Journal for Clinical Nutrition, mengatakan mereka telah menemukan bahwa substansi yang terdapat dalam sayur dan buah-buahan mungkin bisa meningkatkan potensi karsinogen dari asap rokok.

Kopi Cegah Nyeri Otot

Bagi sebagian masyarakat, terutama pekerja keras, meminum secangkir kopi merupakan kegiatan rutin yang biasa dilakukan sebelum menjalankan aktifitasnya.


Secara disengaja atau tidak, ternyata kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan otot manusia dalam menjalankan aktifitas yang bersifat keras.


Pasalnya, sebuah penelitian menunjukkan kalau meminum dua cangkir kapi sebelum bekerja berat ternyata mampu menurunkan resiko munculnya cedera otot.


Para ahli telah menemukan kalau pria muda yang beraktifitas mengayuh sepeda ternyata memiliki resiko cedera otot yang rendah setelah mengkonsumsi kopi sebelum mengayuh.


Laporan mengenai hasil penelitian itu dimuat pada International Journal of Sports Nutrition and Exercise Metabolism, terbitan akhir pekan lalu.


Hasil penelitian dari kelompok peneliti yang dipimpin oleh peneliti senior Robert W.Motl, profesor kinesiology kesehatan masyarakat pada Universitas Illinois, Champaign tersebut semakin memperkuat bukti-bukti dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan kalau kafein dapat mencegah munculnya nyeri atau cedera otot yang terjadi akibat kerja keras.


Dalam penelitiannya, Robert dan timnya telah melibatkan responden 25 pria muda yang kondisi tubuhnya segar bugar. Responden itu kemudian dibagi menjadi dua kelompok.


Kelompok pertama diberikan konsumsi kafein dalam jumlah minim. Sedangkan kelompok lainnya diberikan konsumsi sedikitnya 400 gram sehari setara dengan tiga atau empat gelas minuman kopi.


Kedua kelompok ini kemudian diberikan treatmen berupa mengayuh sepeda selama 30 menit sebanyak dua tahap. Hasilnya, ternyata pria yang diberikan konsumsi dua atau tiga cangkir kopi satu jam sebelum mengayuh, memiliki resiko nyeri atau cedera otot lebih rendah ketimbang mereka yang tidak diberikan konsumsi kopi sebelum bekerja.


Hasil penelitian itu memang cukup mengajutkan juga. Pasalnya, telah lama orang curiga akan efek negatif dari kopi, sehingga cukup mengherankan bahwa mengkonsumsi 2-4 cangkir kopi setiap hari mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan.


Berdasarkan penelitian, satu cangkir kopi rata-rata mengandung 100150 miligram kafein.

Kafein diketahui dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernafasan, dan sistem pembuluh darah serta jantung. Oleh karena itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (13 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah, atau pun mengantuk.


Kafein yang terkandung di dalam kopi adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan sistem saraf. Kafein tergolong jenis alkaloid yang juga dikenal sebagai trimetilsantin.


Selain pada kopi, kafein juga banyak ditemukan dalam minuman teh, cola, coklat, minuman berenergi (energy drink), maupun obat-obatan. Selain itu, kafein bisa membantu berpikir lebih cepat, terbukti mampu memberikan ‘sinyal’ pada otak untuk lebih cepat merespon dan dengan tangkas mengolah memori pada otak.
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.