HOME _.:._ BLOG _.:._ BUSINESS _.:._ PHOTO _.:._ SEARCH

Wednesday, January 21, 2009

Trik Jitu Mengundang Burung

Social Marketing and Campaign Officer Burung Indonesia, Fahrul P. Amama memberikan kiat-kiatnya yang sederhana. “Untuk mengundang burung hanya perlu memikatnya dengan beberapa hal yang mendasar seperti tempat berlindung, bersarang, makan dan minum,” ujarnya.


Fahrul menjelaskan ada beberapa tipe tumbuhan yang penting bagi habitat burung. Yang pertama adalah pohon peneduh yang berfungsi sebagai peneduh pekarangan dan tempat burung berteduh seperti pinus dan cemara yang berdaun jarum. Bondol haji (Lonchura maja) senang membangun sarangnya di pucuk pohon cemara yang aman dari jangkauan pemangsanya, kucing.


Selain itu pohon yang rindang diantaranya beringin, kapuk dan sengon. Maklum, saat panas terik, burung-burung cenderung tidak terlalu aktif terbang. Mereka lebih suka berteduh di pepohonan tersebut.


Sedangkan tumbuhan yang termasuk tipe kedua adalah pelindung sekaligus penyedia biji-bijian pakan burung yakni angsana, akasia, asoka dan dadap yang notabene jenis rerumputan dan polong-polongan. Buat perenjak Jawa (Prinia familiaris) dan cinenen Jawa (Orthotomus sepium), dadap tergolong sarang favorit.


Tipe yang ketiga yaitu penghasil nektar. Tumbuhan ini sangat populer bagi burung madu dan sesap madu yang memang menyukai nektar. Itu sebabnya, tanaman hias dan bunga seperti dadap, asoka dan pisang hias cocok ditanam untuk menarik perhatian burung madu sriganti (Nectarinia jugularis).

Lagipula, kehadiran berbagai jenis bunga baik itu asoka, bakung dan kembang sepatu memiliki daya tarik tersendiri bagi berbagai macam serangga untuk pakan favorit burung kipasan belang (Rhipidura javanica) dan remutuk laut (Gerygone sulphurea).


Demikian pula dengan pohon buah-buahan. Saat musim bunga sebelum bebuah, pohon seperti jambu, mangga dan rambutan kerap didatangi burung untuk bertengger dan bersarang. Namun burung cabai Jawa (Dicaeum trochileum) lebih menyukai buah-buahan kecil yang ranum misalnya buni, kersen dan lobi-lobi.


Bicara pekarangan yang ideal memiliki komponen sangat beragam, baik itu dari sudut pandang vertikal mau pun horizontal. Secara vertikal, pekarangan sejatinya berstrata mulai dari lumut, rumput hingga pohon tinggi. Tanaman epifit dan liana yang merambat juga termasuk dalam keragaman vertikal. Sementara keragaman horizontal dibagi berdasarkan fungsi tanaman: hias, umbi-umbian, penghasil buah, tanaman obat, sayuran dan pohon peneduh.


Menurut Fahrul, di Jawa Barat, zonasi pekarangan biasanya terbagi menjadi tiga yakni halaman depan, samping dan belakang. Halaman depan alias buruan didominasi oleh tanaman hias dan buah sebagai elemen selamat datang. Halaman samping atau pipir sering ditanami tanaman produktif berupa buah-buahan dan obat-obatan. Namun bagian belakang yang biasa disebut kebon umumnya selain ditanami buah-buahan dan obat-obatan juga bumbu, sayuran ditambah kolam.


“Konsep pekarangan yang sempurna sangat baik dalam menghadirkan habitat mini bagi kehidupan liar. Pekarangan yang ditumbuhi tanaman pemikat burung secara otomatis akan menghadirkan burung dan juga satwa liar lainnya seperti kupu-kupu, kumbang dan kelelawar,” terang Fahrul.


Namun Fahrul sadar untuk mendapatkan bentuk ideal suatu pekarangan dengan strata yang lengkap tadi perlu lahan minimal seluas 100 meter persegi. Tapi bagi Anda yang memiliki rumah di wilayah perkotaan dengan keterbatasan lahan, tak perlu kecil hati. Memindahkan suasana pedesaan yang identik dengan kicau burung ke perkotaan bisa tetap terwujud. Bisa disiasati dengan sistem kultur vertikal.


“Contoh sistem ini adalah menanam di pot berjenjang, pot gantung, tiang vertikal maupun di atap. Dengan demikian, lahan yang terbatas tetap dapat dioptimalkan untuk menghadirkan pekarangan khas Indonesia dan tentu saja tetap memikat burung,” kata Fahrul.

Nations see REDD in rush for carbon credits

In a quirk of fate, a decades-long insurgency in Aceh province prevented illegal loggers from stripping the place bare.


Apart from its wildlife and timber, though, the forest is rich in another resource; the carbon locked up in the soil and very trees coveted by loggers-legal and illegal.


Keen to earn money from the forest, called the Ulu Masen ecosystem, the government of Aceh province joined a leading conservation group and the financial market to save it.


In return, the province is set to earn millions of dollars through the sale of carbon credits to investors, with a portion of the cash folwing to local communities to encourage them to halt illegal logging and pay for alternative livelihoods. Money from the initial sale of credits for this project is expected to flow in the coming months.


“I strongly believe there should be a market for carbon credits and forests. It’s about the only mechanism that could provide local incentives,” said Frank Momberg, project director for international NGO Fauna and Flora International, the group at the heart of the Ulu Masen forest conservation project.


The model is being studied and repeated across Indonesia and other tropical developing nations as the world turns to saving the remaining rain-forests in the battle against climate change.


The U.N.-based scheme, called reduced emissions from deforestation and degradation, or REDD, could be worth tens of billions of dollars a year for developing nations, with rich nations buying forest credits to meet mandated emissions curbs.


With so much money potentially at stake, banks and carbon trading firms are ramping up their interest.


Local issue, global problem

But much has to be sorted out, such as how to ensure the forests aren’t cut down, how to accurately measure the amount of carbon saved over time, the best method to trade REDD credits and how to ensure local communities get a fair share of the money.


Satellite monitoring as well as developing national carbon accounting systems will be key, and so too will be avoiding “leakage” in which preventing deforestation in one area causes logging to occur in another.


Some conservation groups also fear rich nations will merely buy up vast amounts of REDD credits to meet their emissions target while doing little to clean up their own industries.


Europe also fears a flood of cheap REDD credits could overwhelm its existing emissions trading scheme, depressing offset prices.


“For us the main point, from a trading stand-point, where REDD projects are difficult is on their permanence,” said Trevor Sikorski, director of commodities research for Barclays Capital in London.

“If it’s about deforestation but then that deforestation goes ahead in three years then that carbon would still be released into the air. So it’s all about the reversibility of forests as carbon sinks and that’s the real core issue that has to be addressed,” he said.


Forests soak up vast amounts of carbon dioxide, acting like a set of lungs for the planet. But clearing and burning them is contributing to about 20 percent of all mankind’s carbon emissions that are warming the planet.


The United Nations aims to incorporate REDD into the next phase of the Kyoto Protocol from 2013.

The idea is to complement an existing Kyoto scheme, called the Clean Development Mechanism, that allows wealthy states to invest in clean energy projects in the developing world in return for CO2 offsets called CERs. These are presently trading around 16 euro per ton.


“Huge market”

“The dimensions are massive. If you compare with a CDM project of 60,000 tons a year, these projects are sometimes 200 times bigger, so if this comes through, it’s going to be a huge market,” said Renat Heuberger, managing partner of global carbon project developer and advisory firm South Pole Carbon.


Indonesia has rapidly become the center of REDD trial schemes in Asia because it still has large areas of forest, despite rapid deforestation.


FFI has teamed up with Australia’s Macquarie Group to develop three REDD projects in West Kalimantan and Papua. Investment group New Forests, headquartered in Sydney, has signed a deal with the government of Papua to protect 200,000 ha of forest that could save up to 40 million tons of CO2 being emitted over the project’s lifetime.


The Australian government has pledged A$30 millions as part of a scheme to protect 50,000 ha of drained peat swamp.


The Ulu Masen scheme aims to save 3.4 million tons of CO2 being emitted each year, or 100 million tons over the project’s lifetime.


To market the credits, the government of Aceh last year teamed up with U.S. bank Merrill Lynch and Australian firm Carbon Conservation to sell the offsets, called VERs, into the voluntary carbon credit market.


Carbon Conservations is acting as a broker and joined FFI to develop the project.

The project hinges on regular monitoring of the forest from the air and on the ground and FFI is running a program to recruit and train 1,000 forest rangers, some of them ex-rebels from Aceh’s former GAM separatist group.


Seeing REDD

Community development was also key, said Momberg.

This meant ploughing part of the proceeds directly back to the estimated 130,000 people who live around the forest to develop sustainable biofuel production, biomass power generation, mini-hydro power projects as well as promote growth of alternative cash crops.


Failure to do so would mean villagers returning to illegal logging. An estimated 2,000 to 3,000 villagers were involved in the lucrative trade around Ulu Masen, according to a 2006 report by World Bank-backed Aceh Forest and Environment Project.


“If you don’t involve the local communities in either an alternative business of something that is good for them to actually preserve that forest, there’s no long-term suitability of that project,” said Pep Canadell, executive officer of the Global Carbon Project.


“It’s critical and I haven’t really seen a package of interesting possibilities,” said Canadell, a member if an Australian government advisory panel on REDD.


Some conservation groups, such as Friends of the Earth, fear placing a greater value on forests risks a jump in land rights abuses by governments and corporations in the rush for carbon credits, threatening the livelihoods of indigenous communities.


More than a billion people worldwide depend of forests for their livelihoods, so REDD is a huge threat to them if not managed properly, the group says.


FFI’s Momberg said the key was to limit the direct involvement of national governments in funding schemes for local communities. REDD schemes should also meet stringent verification standards to ensure permanence, community involvement and protection of forests biodiversity.


“If everything is vested in the national government, that’s where you will find it very difficult to have that fair level of participation at the community level,” said Jeff Hayward, of U.S.-based conservation group Rainforest Alliance.


“Fundamental to verification criteria is who owns the carbon, what rights do they have, how have they decided upon the use of those rights, how fairly are they being compensated, are they informed,” said Hayward, manager of the alliance’s climate initiative.


Momberg said interest in REDD investments has jumped since the United Nations formally backed the scheme last December.


“I’m getting phone calls every month from investors into REDD. The appetite for REDD and voluntary carbon credits was non-existent two years ago”.

Tuesday, January 20, 2009

Pidato Severn Suzuki, 12 th di Ruang Sidang Umum PBB

dari milis [arboretum]


Pidato Severn Suzuki, 12 th di Ruang Sidang Umum PBB


Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki. Seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO )


ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak-anak yang mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak-anak lain mengenai masalah lingkungan.


Dan mereka pun diundang menghadiri Konferensi Lingkungan hidup PBB tahun 1992. Pada saat itu, Seveern yg berusia 12 tahun, memberikan sebuah pidato yang sangat kuat yang memberikan pengaruh besar (dan membungkam) beberapa pemimpin dunia terkemuka.


Apa yang disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun, hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, dan saat pidatonya selesai, ruang sidang yang penuh dengan orang-orang terkemuka berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun itu?


Inilah Isi pidato tersebut: ( sumber The Collage Foundation )
Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization.
Kami Adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri.


Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil. Untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, Hari ini Disini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.


Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.


Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.


Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh planet ini karena kehilangan habitat nya.. Kami tidak boleh tidak di dengar.
Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubang nya lapisan OZON.
Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.
Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya, hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.
Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.


Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama seperti saya sekarang?


Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!


Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.
Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir.


Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya.


TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!


Disini anda adalah deligasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang.


Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.


Saya hanyalah seorang anak kecil, namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama, dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.


Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.


Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu tetap saja negara-negara di utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan.


Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.


Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.


Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: "Aku berharap aku kaya , dan jika Aku kaya, Aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang."


Jika seorang anak yang berada dijalanan yang tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?


Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar. Bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India.


Saya hanyalah seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemisikinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.


Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain..
Mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan.
Tidak menyakiti makhluk hidup lain, berbagi dan tidak tamak.


Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?


Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konferensi ini. Mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja", "Kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan" dan "Ini bukanlah akhir dari segalanya".


Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua?


Ayah saya selalu berkata "Kamu akan selalu dikenang karena perbuatan mu bukan oleh kata-kata mu"
Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami.


Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.
Sekian dan terima kasih atas perhatian nya.

***

Servern Cullis-Suzuki telah membungkam 1 ruang sidang Konfrensi PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya.
Setelah pidato nya selesai serempak seluruh orang yang hadir di ruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu.

dan setelah itu ketua PBB mengatakan dalam pidato nya..
"Hari ini Saya merasa sangatlah Malu terhadap Diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa penting na linkungan dan isi nya disekitar kita oleh Anak yang hanya berusia 12 tahun yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembar pun Naskah untuk berpidato, sedang kan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh assisten saya kemarin. Saya … tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun "
Cerita ini benar-benar terjadi dan pidato severn Cullis-Suzuki itu benar-benar pidato yang dikatakan nya dalam pidato tersebut tanpa dilebih-lebihkan.


Ini link untuk videonya:
YouTube - The girl who silenced the world for 5 minutes

Kesempatan Berinvestasi dengan Sukuk Ritel

informasi buat rekan rekan yang pengen berinvestasi

Sukuk Ritel Terbit 25 Februari
(http://www. kompas.com/ read/xml/ 2009/01/07/ 13104029/ sukuk.ritel. terbit.25. februari. .)



Artikel Terkait:


Rabu, 7 Januari 2009 | 13:10 WIB

JAKARTA, RABU — Pemerintah akan resmi menerbitkan sukuk ritel pada 25 Februari 2009. Masa penawarannya mulai 6 Februari 2009 hingga 20 Februari 2009.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto di Jakarta, Rabu (7/1), mengatakan, sukuk ritel yang sasarannya adalah individu WNI akan merupakan salah satu sumber pembiayaan APBN 2009.

"Jenis akad sukuk ritel yang akan diterbitkan adalah ijarah sale and lease back dengan underlying assets berupa barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan yang saat ini sedang digunakan oleh Depkeu," kata Rahmat.

Ia menyebutkan, sukuk ritel perdana yang diterbitkan memiliki tenor (jangka waktu) 3 tahun (jatuh tempo 25 Februari 2012) dengan nominal per unit Rp 1 juta.

Minimum pembelian sebesar Rp 5 juta dan kelipatannya serta tidak ada batas maksimum pembelian. Tanggal penjatahan akan dilakukan 23 Februari 2009, dan pencatatan di bursa pada 26 Februari 2009.

Tingkat imbal hasil akan ditentukan satu hari sebelum tanggal penawaran. Imbal hasil itu akan dibayarkan secara bulanan (tiap tanggal 25).

Untuk mendukung penerbitan sukuk negara ritel, pemerintah telah menunjuk konsultan hukum dan agen penjual. Konsultan hukum dimaksud adalah Marsinih Martoatmodjo Iskandar Kusdihardjo Law Office.

Sementara agen penjual terdiri dari 13 perusahaan yaitu 4 bank umum konvensional, 1 bank umum syariah, dan 8 perusahaan efek.

Bank umum konvensional dimaksud adalah Bank Mandiri, Bank Citibank, Bank HSBC, dan Bank BII. Bank umum syariah adalah Bank Syariah Mandiri. Sedang perusahaan efek adalah Danareksa Sekuritas, Trimegah Securities, Andalan Artha Advisindo Sekuirtas, Reliance Securities, Anugerah Securindo Indah, Bahana Sekurities, dan BNI Securities.

Definisi / Pengertian Sukuk

Sukuk: Surat Berharga Syariah (Obligasi Syariah) - Pendahuluan

(saya ambil dari blog ghifi)


Disadur dari Wikipedia, the free encyclopedia

Dengan disahkannya UU tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) oleh DPR maka dalam waktu dekat pemerintah Indonesia akan segera menerbitkan obligasi syariah di tahun 2008 ini. Instrumen ini sangat dibutuhkan pemerintah sebagai instrumen untuk mendapatkan pendanaan terutama pada APBN yang memiliki proyek-proyek seperti infrastruktur, pabrik dan lainnya dalam rangka pembangunan di Indonesia. Dengan adanya instrumen ini diharapkan dana-dana dari luar terutama dari timur tengah dan eropa dapat masuk ke Indonesia segera.


Sukuk (Arabic: صكوك, plural of صك sakk, "legal instrument, deed, check") is the Arabic merupakan nama pada sebuah sertifikat finasial dan dapat dilihat sama dengan surat utang Islam. Namun demikian, fixed income, surat utang berbasiskan suku bunga tidak diperbolehkan dalam Islam. Sehingga Sukuk adalah surat berharga yang sesuai dengan aturan Islam dan prinsip-prinsip investasi yang melarang membebankan atau membayarkan bunga. Aset pembiayaan yang sudah sesuai dengan aturan Islam dapat diklasifikasikan dapat dilakukan trading atau pun tidak di secondary market.


Pengamat memperkirakan bahwa dana pada kurun waktu 10 tahun ke depan diperkirakan asset sebesar US$ 700 – 900 Miliar under manajement sesuai prinsip-prinsip investasi Syariah. Prinsip ini merupakan bagian dari syariah (hukum Islam) akan tetapi hal ini sebenarnya dapat dilihat lebih dari sudut pandang yang lebih luas bahwa hal ini merupakan kewajiban publik/muamalat secara spiritual dan moral umat muslim.


Aset-aset berbasiskan syariah dapat diperkirakan memiliki nilai sebesar US$ 500 Miliar dan telah bertumbuh lebih dari 10% setiap tahun pada decade terakhir ini, menempatkan Dunia pembiayaan Islam di dalam global asset class pada dirinya sendiri. Di timur tengah dan Asia, Standard & Poor’s memperkirakan bahwa 20% nasabah bank akan secara spontan memilih produk2 syariah dibandingkan conventional yang memiliki kemiripan risk-return profile.


Pada periode klasik Islam definisi sakk (sukuk) – adalah sama dengan kata dasar ‘cheque’ di eropa – yang berarti sebuah dokumen yang mewakili sebuah kontrak hak, kewajiban atau keuangan yang sesuai dengan syariah. Fakta empiris menunjukkan bahwa suku merupakan produk yang secara umum digunakan di abad pertengahan perkembangan Islam untuk melakukan transfer kewajiban financial dari aktivitas trading dan aktivitas komersial lainnya.


Pentingnya perangkat sukuk dalam perspektif Islam modern terletak pada konsep sekuritasi – yang dapat dicapai melalui proses penerbitan sukuk (taskeek). Potensi terbesar adalah di dalam melakukan transform cash flow di masa yang akan datang pada asset. Sukuk dapat diterbitkan pada asset yang sudah ada (existing) atau asset baru.


Nilai pasar sukuk di akhir tahun 2006 atau US$ 50 Miliar, dan pertumbuhan exponential di tahun 2007 telah terjadi oversubscribe 5 hingga 6 kali karena perumbuhan ketertarikan para investor dari Negara eropa.


Kebutuhan adanya asset tangible

Hukum Islam mewajibkan pembiayaan hanya diperbolehkan untuk perdagangan, konstruksi pada spesifik atau asset yang dapat diidentifikasikan. Trading hutang adalah dilarang dan penerbitan surat utang konvensional (bond) tidak comply dengan hokum syariah Islam. Sehingga return yang didapat dari Sukuk dan cash flow harus terhubung ke asset yang dibeli atau yang dihasilkan dari sebuah asset ketika projeknya selesai dan bukan berasal dari income yang berasal dari pembayaran suku bunga. Kepada peminjam untuk mendapatkan compliance pembiayaan mereka harus meutilisasi asset dalam struktur ekuitas dalam sebuah perusahaan berupa tangible. Dapat dicatat di sini bahwa pembiayaan menggunakan ekuitas sudah memenuhi compliance syariah dan sesuai dengan profil risk/return dalam konsep Islam


Permasalahan Riba atau pembayaran bunga

Menurut Ibn Taimiyah bahwa hukum Islam menganggap uang sebagai alat pengukur nilai dan uang tidak boleh menjadi komoditas atau sebuah aset. Syariah mewajibkan seseorang tidak boleh menerima income dari uang (atau komoditas yang memiliki bentuk uang) saja. Penerimaan income yang berasal dari uang (bunga) adalah dilarang. Implikasinya pada institusi financial Islam yaitu trading/penjualan surat utang, piutang, atau pinjaman conventional dan credit card menjadi terlarang.


Masalah ketidakjelasan ‘Gharar’

Pemahaman gharar adalah ketidakjelasan dalam konteks kontrak atau keberadaan underlying asset dalam sebuah kontrak dan hal ini menyebabkan masalah bagi akedimisi muslim ketika mempertimbangkan aplikasi pada derivative. Al Ghazali menekankan konsep maslahah atau manfaat public, dan ketika sesuatu yang luar biasa dalam hal komoditas public yang belum dilakukan transaksi dan hedging atau mitigasi untuk menghindari risiko bisnis termasuk ke dalam kategori ini akan tetapi hal ini masih dalam diskusi lebih lanjut.


Kontroversi

Sukuk dianggap kontroversi karena anggapan tujuan dari penerbitan dari sukuk adalah memungkinkan keberadaan riba. Akademisi yang lebih konservatif tidak percaya bahwa mekanisme sukuk akan efektif, melihat kenyataan bahwa sukuk secara efektif mewajibkan pembayaran pada masa manfaat. Ini dapat dianggap sebagai fondasi dari riba. Sukuk menawarkan kepada investor fixed return pada investasinya yang mirip dengan keberadaan riba. Namun demikian, dalam kenyataannya bank melakukan investasi pada aset2 dan tingkat pengembalian dari asset ini dalam bentuk sewa didistribusikan pada semua periode sewa dan ini merupakan alur income yang membentuk fondasi “fixed” arus kas dan return kepada para investor. Kemudian dengan adanya underlying asset, ada rasa keamanan yang diberikan kepada investor yang membuat sukuk menjadi lebih menarik terutama kepada investor global baik muslim maupun non muslim.


Kesimpulan

Menggunakan terminology bahasa arab dan larangan yang tidak bersifat umum, pembiayaan sukuk dapat membingungkan pihak luar. Sebagai analoginya yaitu investasi yang memiliki etika atau green investing. Di dunia ini, investasi surat berharga dibatasi oleh beberapa criteria yaitu pertimbangan moral dan etika. Islamic Finance juga merupakan bagian dari global market dan tidak ada yang dapat mencegah investor konvensional dari berpartisipasi di dalam Islamic market.
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.