HOME _.:._ BLOG _.:._ BUSINESS _.:._ PHOTO _.:._ SEARCH

Wednesday, January 21, 2009

Trik Jitu Mengundang Burung

Social Marketing and Campaign Officer Burung Indonesia, Fahrul P. Amama memberikan kiat-kiatnya yang sederhana. “Untuk mengundang burung hanya perlu memikatnya dengan beberapa hal yang mendasar seperti tempat berlindung, bersarang, makan dan minum,” ujarnya.


Fahrul menjelaskan ada beberapa tipe tumbuhan yang penting bagi habitat burung. Yang pertama adalah pohon peneduh yang berfungsi sebagai peneduh pekarangan dan tempat burung berteduh seperti pinus dan cemara yang berdaun jarum. Bondol haji (Lonchura maja) senang membangun sarangnya di pucuk pohon cemara yang aman dari jangkauan pemangsanya, kucing.


Selain itu pohon yang rindang diantaranya beringin, kapuk dan sengon. Maklum, saat panas terik, burung-burung cenderung tidak terlalu aktif terbang. Mereka lebih suka berteduh di pepohonan tersebut.


Sedangkan tumbuhan yang termasuk tipe kedua adalah pelindung sekaligus penyedia biji-bijian pakan burung yakni angsana, akasia, asoka dan dadap yang notabene jenis rerumputan dan polong-polongan. Buat perenjak Jawa (Prinia familiaris) dan cinenen Jawa (Orthotomus sepium), dadap tergolong sarang favorit.


Tipe yang ketiga yaitu penghasil nektar. Tumbuhan ini sangat populer bagi burung madu dan sesap madu yang memang menyukai nektar. Itu sebabnya, tanaman hias dan bunga seperti dadap, asoka dan pisang hias cocok ditanam untuk menarik perhatian burung madu sriganti (Nectarinia jugularis).

Lagipula, kehadiran berbagai jenis bunga baik itu asoka, bakung dan kembang sepatu memiliki daya tarik tersendiri bagi berbagai macam serangga untuk pakan favorit burung kipasan belang (Rhipidura javanica) dan remutuk laut (Gerygone sulphurea).


Demikian pula dengan pohon buah-buahan. Saat musim bunga sebelum bebuah, pohon seperti jambu, mangga dan rambutan kerap didatangi burung untuk bertengger dan bersarang. Namun burung cabai Jawa (Dicaeum trochileum) lebih menyukai buah-buahan kecil yang ranum misalnya buni, kersen dan lobi-lobi.


Bicara pekarangan yang ideal memiliki komponen sangat beragam, baik itu dari sudut pandang vertikal mau pun horizontal. Secara vertikal, pekarangan sejatinya berstrata mulai dari lumut, rumput hingga pohon tinggi. Tanaman epifit dan liana yang merambat juga termasuk dalam keragaman vertikal. Sementara keragaman horizontal dibagi berdasarkan fungsi tanaman: hias, umbi-umbian, penghasil buah, tanaman obat, sayuran dan pohon peneduh.


Menurut Fahrul, di Jawa Barat, zonasi pekarangan biasanya terbagi menjadi tiga yakni halaman depan, samping dan belakang. Halaman depan alias buruan didominasi oleh tanaman hias dan buah sebagai elemen selamat datang. Halaman samping atau pipir sering ditanami tanaman produktif berupa buah-buahan dan obat-obatan. Namun bagian belakang yang biasa disebut kebon umumnya selain ditanami buah-buahan dan obat-obatan juga bumbu, sayuran ditambah kolam.


“Konsep pekarangan yang sempurna sangat baik dalam menghadirkan habitat mini bagi kehidupan liar. Pekarangan yang ditumbuhi tanaman pemikat burung secara otomatis akan menghadirkan burung dan juga satwa liar lainnya seperti kupu-kupu, kumbang dan kelelawar,” terang Fahrul.


Namun Fahrul sadar untuk mendapatkan bentuk ideal suatu pekarangan dengan strata yang lengkap tadi perlu lahan minimal seluas 100 meter persegi. Tapi bagi Anda yang memiliki rumah di wilayah perkotaan dengan keterbatasan lahan, tak perlu kecil hati. Memindahkan suasana pedesaan yang identik dengan kicau burung ke perkotaan bisa tetap terwujud. Bisa disiasati dengan sistem kultur vertikal.


“Contoh sistem ini adalah menanam di pot berjenjang, pot gantung, tiang vertikal maupun di atap. Dengan demikian, lahan yang terbatas tetap dapat dioptimalkan untuk menghadirkan pekarangan khas Indonesia dan tentu saja tetap memikat burung,” kata Fahrul.

No comments:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.