HOME _.:._ BLOG _.:._ BUSINESS _.:._ PHOTO _.:._ SEARCH

Wednesday, January 28, 2009

Kelelawar Vampir Mengobati Stroke

Desmodus rotundus alias kelelawar vampir adalah satu-satunya mamalia penghisap darah. Satwa ini punya citra seram dan menakutkan. Apalagi jika Anda doyan nonton film. Maklum, vampir ini menjelma menjadi makhluk manusia penghisap darah alias Drakula.


Namun, jika di kisah-kisah fiksi vampir tak pernah memainkan peran sebagai penyelamat, tidak demikian buat kalangan ahli medis dan ilmu kedokteran. Buat para pakar penyakit stroke, mereka tengah berharap tersiptanya pengencer darah yang fungsi kimiawinya sama dengan air liur (saliva) kelelawar vampir. Pengencer darah ini diharapkan bisa membantu menyelamatkan sel-sel otak di pasien penyakit stroke.


Saat ini, University of Wisconsin (UW) School of Medicine and Public Health tengah membuka pendaftaran pasien untuk melakukan uji klinis baru skala besar penggunaan desmoteplase. Inilah obat yang didasari oleh sebuah enzim pada air ludah kelelawar vampir. Selain Wisconsin, sejumlah pusat penelitian di dunia lainnya juga tengah melakukan hal yang sama.


Enzim yang dihasilkan air liur kelelawar vampir mampu mengencerkan darah korban dan mencegahnya membeku ketika sang kelelawar tengah menyedot darahnya. Enzim itu dinamakan sesuai dengan nama ilmiah sang kelelawar, Desmodus rotundus.


Pada percobaan awal, obat pengencer darah itu memperlihatkan hasil yang menggembirakan dan membuka peluang diperpanjangnya waktu untuk pengobatan pasien stroke sembilan jam setelah mengalami serangan. Obat standar pasien stroke saat ini, yakni alteplase, hanya mampu secara efektif menangani pasien stroke 4,5 jam (setelah serangan) dan beresiko serius terjadinya perdarahan pada sejumlah kecil pasien.


Desmoteplase sendiri kemungkinan lebih aman, dan ketika penggunaannya dikombinasi dengan teknik pemindai otak canggih, obat ini menjadi efektif beberapa jam kemudian dibandingkan obat konvensional pengencer gumpalan darah.


Hanya saja, setelah hasil tes awal yang menjanjikan, desmoteplase malah memperlihatkan hasil mengecewakan pada uji coba tahap kedua, di mana kondisi seluruh kelompok pasien stroke yang mengkonsumsinya sama saja dengan pasien yang menerima perlakuan obat plasebo. Namun, pakar neurologi stroke University of Wisconsin, Dr. Matt Jensen mengaku dibutuhkan pembacaan data hasil penelitian yang lebih teliti dan mendalam. Alasannya, kemungkinan besar ada banyak pasien yang kondisinya lebih baik dan cocok untuk menggunakan desmoteplase.


“Kami rasa ada satu kelompok pasien yang mungkin memperoleh manfaat dari obat ini. Dengan teknologi pencitraan yang lebih maju, kami berharap mampu mengidentifikasi orang-orang yang paling responsif terhadap obat tersebut,” katanya.


Tanda-tanda Stroke

Dalam kasus stroke ischemic (stroke paling umum, dimana terjadi penurunan pasok darah ke otak), gumpalan darah (clot) menghalangi arteri ke bagian otak. Setelah beberapa jam tanpa pasok darah yang mengandung oksigen, sel-sel di otak mulai mati. Namun, kata Dr. Jensen, banyak pasien yang memiliki sirkulasi darah lebih baik ke otak, sehingga menjadikannya memperoleh cukup pasok darah untuk menghindari sumbatan yang ada melalui jalur arteri lainnya.


Kondisi ini sangat menguntungkan karena sel-sel otak masih mampu bertahan hidup lebih lama sampai gumpalan darah yang menyumbat dibebaskan dan aliran darah normal bisa dipulihkan. Para dokter di Rumah Sakit UW akan menggunakan teknik pencitraan terbaru dengan menggunakan MRI (magnetic resonance imaging) dan pemindai CT (computed tomography) untuk mencari pasien stroke sebagai kandidat terbaik menjalani pengobatan lebih lanjut.


Menurut Dr. Jensen, para dokter di UW Health Comprehensive Stroke Program banyak menerima pertanyaan dari para dokter di Wisconsin yang menangani pasien stroke, tapi datang terlambat untuk memperoleh pengobatan standar.


“Sebagai bagian dari percobaan ini, kami mampu mengobati pasien tertentu sampai 9 jam setelah gejala stroke pertama muncul. Dengan menggunakan alat transportasi darat dan helikopter, kami bisa menangani pasien lebih cepat dan menawarkan peluang yang lebih baik untuk melakukan pengobatan investigasional,” paparnya.


Melalui percobaan bertajuk DIASIII (Desmoteplase In Acute Ischemic Stroke), UW membuka pendaftaran untuk menjaring 320 pasien stroke mulai Desember 2008 sampai Desember 2010. Jensen menegaskan, sangat sulit bagi pasien untuk mengetahui bahwa mereka terserang stroke dan banyak orang yang kehilangan peluang mendapat pengobatan karena menunda evaluasi kesehatan pada unit gawat darurat (UGD) terdekat.


Menurut situs UW, stroke memiliki tanda-tanda peringatan yang harus ditangani segera. Tanda-tanda itu antara lain: lemah atau hilangnya rasa secara mendadak pada bagian wajah, tangan atau kaki, terutama di salah satu sisi bagian tubuh; mendadak linglung dan sulit berbicara atau memahami; mendadak kesulitan melihat pada salah satu mata atau kedua-duanya; mendadak sulit berjalan, limbung dan hilang keseimbangan atau koordinasi; serta mengalami sakit kepala luar biasa secara mendadak.

No comments:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.