HOME _.:._ BLOG _.:._ BUSINESS _.:._ PHOTO _.:._ SEARCH

Thursday, January 29, 2009

Dunia Fashion dari Limbah Pertanian

Isu lingkungan serta meningkatnya demand produk-produk “hijau” yang ramah lingkungan membangkitkan kembali minat ilmuwan untuk mengembangkan produk kain dari limbah pertanian. Bahan kain dari jerami padi sampai bulu ayam kembali digiatkan untuk menghasilkan kain baru yang tahan lama.


Jadi, di masa depan kita akan melihat industri garmen atau rumah mode menghasilkan produk pakaian yang terbuat dari bulu ayam atau celana jins dari jerami. Produk tekstil ini selain nyaman, aman dan pas dikenakan, juga menyandang predikat “ramah lingkungan”.


Para peneliti Australia melaporkan bahwa mereka menemukan cara baru yang bakal memuluskan lahirnya bahan kain baru eksotis yang terbuat dari limbah pertanian dan produk samping pertanian. Produk kain ramah lingkungan ini bakal dipasarkan sebagai alternatif tekstil dan produk tekstil (TPT) dari kain sintetis – yang diproduksi dunia sekitar 38 juta ton tiap tahunnya.


Mereka mengkaji penelitian pada pengembangan generasi baru serat ramah lingkungan, yang hasilnya adalah bahan kain dengan kenyamanan konvensional. Dalam artikel yang ditulis di jurnal Biomacromolecules, Andrew Pool, Jeffrey Church dan Mickey Huson mencatat bahwa para ilmuwan pertama kali menghasilkan kain dari bahan nontradisional – antara lain protein susu, kacang dan jagung – hampir 50 tahun silam.


Meskipun bahan yang disebut kain “regenerasi” itu memiliki tampilan dan rasa yang sama dengan kain yang dihasilkan dari bahan baku berbasis protein lainnya, seperti wool dan sutera, namun kualitas kain tersebut cenderung merosot ketika basah. Masalah ini, plus munculnya serat sintetis yang berbahan baku berbasis minyak mentah, mengakibatkan produksi kain nontradisional tersebut terhenti.


Namun, ditengah kekhawatiran dunia terhadap masalah lingkungan dan meningkatnya permintaan terhadap produk-produk ramah lingkungan, upaya membuat bahan kain dari limbah pertanian kini bangkit kembali. Para peneliti mengatakan, bahan baku yang potensial untuk membuat kain “hijau” tersebut juga melimpah, antara lain protein pertanian seperti keratin dari limbah bulu ayam dan gluten dari gandum.


Para ilmuwan mengaku, dengan kemajuan pesat dalam bidang teknologi nano dan kimia, maka mereka bisa memperbaiki kekuatan dan keteruraian bahan kain tersebut. Dengan demikian, tambah mereka, kini makin mulus jalan untuk memproduksi secara komersial pakaian dan produk berbahan kain lainnya yang ramah lingkungan.


Lebih unggul

Sebelumnya, ilmuwan University of Nebraska (UN) juga menyatakan, bahan kain dari bulu ayam akan menyerupai wool, sementara dari jerami padi akan terlihat bahkan lebih nyaman dari linen atau katun. Hanya saja, pengembangannya butuh waktu beberapa tahun sampai bisa dipasarkan secara komersial.

“Kami harap dari laporan yang kami paparkan akan meningkatkan minat (masyarakat) menggunakan produk samping pertanian sebagai serat tekstil. Ini sekaligus menjadi nilai tambah bagi limbah serta sumber bahan baku berkesinambungan bagi industri serat kain,” papar guru besar ilmu tekstil UN, Prof. Yiqi Yang, Ph.D.


Dengan jutaan ton limbah bulu ayam dan jerami padi tersedia tiap tahunnya di seluruh dunia, ini jelas bahan baku yang melimpah dan murah meriah dibandingkan serta sintetis berbahan baku minyak. Selain itu, kata Yang, tidak seperti serat sintetis, serat pertanian (agro-fibers) ini mudah luruh di lingkungan (biodegradable).


Jerami padi memang melimpah. Sama dengan linen dan katun, komposisi jerami padi mayoritas berisi selulosa. Dengan menggunakan kombinasi kimia dan enzim, Yang mengembangkan serat dari jerami. Tampilan serat ini mengindikasikan serat tersebut mampu dipintal menjadi kain dengan menggunakan mesin tekstil biasa. Hasilnya, kata Yang, adalah kain dengan tampilan yang sama dengan linen dan katun.


Sedangkan bulu ayam mayoritas mengandung keratin, bentuk protein yang sama yang ditemukan di wool. Para peneliti menilai struktur bulu ayam sangat ringan dan mudah dibentuk. Kondisi ini memberi peluang pengembangan kain yang lebih ringan, daya serap lebih baik dan bahan dengan kekedapan super – kondisi yang lebih baik dari wool.


Menurut Yang, kain dari bulu ayam maupun jerami padi punya potensi kinerja yang lebih baik, termasuk daya tahannya terhadap pencucian maupun pensetrikaan normal. Bulu ayam dan jerami padi selama ini juga sudah menjadi bahan “hijau” yang dipakai pada produk karpet, otomotif, bahan bangunan dan beragam aplikasi perumahan. Semuanya jauh lebih murah dengan sifat-sifat yang kadang lebih unggul dibandingkan serat sintetis.

No comments:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.